Terima kasih pada semua kawan-kawanku dan orang-orang yang telah membeli dan membaca karyaku yang sederhana. Sedikit foto yang bisaku bagikan. Maaf tidak bisa semuanya. Tempurung di Kota Karya Muhammad Bintang Yanita Putra.
Senin, 26 Mei 2014
Minggu, 25 Mei 2014
Petang Hanya Sebuah Waktu
Oleh: Michelia Alba
Pertama kali petang mencium katulistiwa…
Ku jemput bayangan dalam sepucuk hari...
Tak pernah sampai dalam ingatan...
Kau peluk nafas ku erat erat...
Begitu khusyu temani lelap mimpi ku...
Entah mengapa petang hanya sejurus...
Tak lahirkan kemarau dan hujan...
Namun tetap menjadi pagi bagi ku...
Ku hanya bisa menyapa dalam pagi ...
Walau petang tak dengar merduku...
20 Juni 2009
Sabtu, 24 Mei 2014
Kunang-kunang dalam Tempurung
Oleh: Michelia Alba
20 Februari 2008
Mereka yang dikepung sepi…
Kemana kau regangkan waktu kelam…
Sunyi cerita , di bawah lampu lampu jalanan...
Sekelompok udara malam menampar hatinya...
Yang hilang itu tampak sibuk di kegelapan...
Ku lihat doanya dari cahaya yang bersinar....
Terus mencari cahaya yang kosong...
Merintih menemukan sajak arahan hati...
Entah mengapa ku lihat bumi semakin kecil...
Atau tekadnya yang terlalu besar...
Ku layangkan pada mu fajar yang menajamkan kokok ayam jantan...
Kau tolak dengan ribuan panah ...
Kabut hanya sebuah kiasan yang melintas...
Di balik mata hati mu yang menguning...
Dengan tubuh sebagai lilin ...
Membakar diri perlahan...
Melelehkan kesedihan serta air mata...
Sebelum habis malam....
Kau bagian terindah dari malam...
Menyusuri kota mati...
Sampai temui terangnya kelabu...
Sendiri tak berkawan...
Hanya bisa melepas bulu bulunya di udara...
Sampai ia terlahir kembali...
Setelah berlari dari alam siang yang mengeras...
Di jalanan waktu terlihat sepi menghadang...
Tak pernah surutkan langkah kehidupan...
Yang memekikan nama dunia...
Aku hanya diam...
Dan mereka tersenyum dalam hitam...
Jumat, 23 Mei 2014
Bintang yang Dilindungi
Oleh: Michelia Alba
4 Januari 2008
Bintang bintang menyapa malam dengan lembut…
Seperti malam yang bersimpuh di kaki gunung...
Ku puja bola matamu yang melelehkan cahaya pelita...
Menemani anak anak jalanan...
Di naungi gumpalan mendung yang kemerahan...
Dimalam yang basah oleh rinti rintik tangisan hujan ...
Sebelum salju begitu berbahaya...
Kulihat kau tergolek di sudut ranjang...
Di antara detak jantung dan derap langkah yang masih tersisa...
Ingin ku tampung nafasmu...
Saat kau merasakan perihnya badai cemoohan masih ku ingat tarian perutmu
dan ku byangkan sosokmu...
Sepanjang kota tua ku menunggu di sini...
Kau begitu penyabar ketika berbagai peluru membisukan kulitmu yang memerah
dan meleleh...
Ku yakin kau adalah sebuah batu intan yang dilindungi...
Bintang ku akan membalas kesepiannya saat waktu tak lagi berjalan...
Kau terima perintah Tuhan mu dan meluluh lantahkan kota tua mereka dengan
air mata pembalasan...
Di hari terakhir mereka bernafas...
Kamis, 22 Mei 2014
Resensi Novel Negeri Para Bedebah Karya Tere Liye
Oleh Michelia Alba
Novel: Negeri Para Bedebah
Pengarang: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka
Cetakan: pertama 2012
Halaman: 440, Tebal: 20 Cm
ISBN: 978-979-22-8552-9
Sinopsis dalam Novel:
Di
negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.
Di
negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.
Tetapi
setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah
berkhianat.
Sinopsis secara keseluruhan:
Novel ini menceritakan
seorang tokoh yang bernama Thomas. Dia adalah seorang penasihat keuangan yang
sangat dapat diandalkan. Dia mempunyai sifat cerdik, gesit, dan culas. Dia sebenarnya
oraang baik, tetapi karena ada suatu alasan yang mengharuskan dia menyelamatkan
orang yang dianggap jahat. Dia terpaksa harus menyelamatkan Om Liem dan Opa
sebagai pemimpin Bank Semesta. Meskipun Om Liem pernah berbuat salah terhadap
Thomas di masa lalu, Thomas tetap harus menyelamatkan Om Liem karena memang ada
seseorang yang lebih jahat dibandingkan dengan Om Liem.
Dibantu dengan Maggie,
asistennya dan Julia, seorang wartawan cantik yang dipertemukan Tuhan di dalam
pesawat, Thomas harus memecahkan kasus dalam waktu kurang dari tiga hari.
Aksi-aksi yang menarik digambarkan dengan baik oleh pengarang dalam cerita ini.
Thomas juga adalah seorang petarung liar yang sangat tangguh. Maka dari itu,
dia berani melawan siapapun yang menghalangi misinya.
Suatu saat Ram,
kawannya mengkhianatinya. Dia ternyata adalah seorang mata-mata yang mengawasi
Thomas. Ram bekerja sama dengan Wusdi dan Tunga untuk menghancurkan kehidupan
Om Liem, Opa, serta Bank Semesta dengan alasan ingin merebut akta tanah, rumah,
gudang, milik keluarga Om Liem.
Resensi Novel:
“Penulis itu manusia,
manusia itu punya lelah dan tidak sempurna. Tapi masalahnya Tere Liye bukan
manusia!” ucapan itu mungkin tepat untuk seorang penulis sekelas Tere Liye ini.
Terlepas dari genre novel yang dia buat. Dia selalu produktif dalam mebuat
novel. Dia dapat membuat novel jenis apa saja. Dari novel untuk anak kecil,
remaja, hingga dewasa. Novel “Negeri Para Bedebah” ini adalah novel dewasa yang
menarik untuk dibaca.
Karya sastra merupakan
sebuah ilmu di balik kata-kata kiasan. Karya sastra yang baik adalah karya
sastra yang dapat menghibur dan mendidik pembacanya. Tere Liye memahami betul
hal itu. Dia sedikit menyelipkan ilmu-ilmu ekonomi di dalamnya. Dari mulai
kasus-kasus korupsi, sejarah mata uang, pemikiran ekonomi yang objektif dari
pandangan penulis, dan banyak lagi. Hal itu mungkin dikarenakan sang pengarang
ahli dalam jurusan ekonomi. Dia memanfaatkan ilmu yang telah diperolehnya ke
dalam sebuah karya sastra.
Bank Semesta yang
digambarkan oleh Tere Liye ini mungkin sangat berkaitan dengan Bank Century. Kasusnya
memang sedikit berbeda, tetapi esensi di dalam kasus itu hampir serupa. Bank
Semesta yang diujung tanduk itu berhasil bangkit kembali setelah para nasabah
membayar sepertiga dari uang yang telah disimpannya di bank. Apakah kasus itu
sama dengan Bank Century? Apakah hanya kebetulan belaka? Tampaknya jika dikaji
lebih lanjut berdasarkan inspirasi seorang penulis pastilah akan lebih menarik.
Pesan yang sebenarnya
ingin disampaikan oleh Tere Liye sebenarnya simple. Bahwa hidup tidak selalu
berjalan lurus. Ada perubahan-perubahan kecil yang membuat kehidupan lebih
berwarna. Seorang tokoh yang sebenarnya adalah orang yang baik, tetapi akhirnya
rela untuk membohongi orang yang jahat. Sepertinya air tuba di balas air susu
tidak berlaku di sini. Jika membaca novel ini pasti tidak akan tahu mana yang
baik dan buruk. “Musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah”.
Rabu, 21 Mei 2014
Hujan
Oleh: Michelia Alba
Cahaya senja redupkan hati ku…
Dalam temaram yang mempesona....
Saat pelita terbangun dari kantuknya...
Gelap pun melantunkan lagu....
Mega terbunuh oleh tiupan angin...
Kau datang bersama dayang dayang di setiap tetesan....
Kau turunkan kabut kabut yang terselip di telinga mu...
Hadirkan selembar pelangi yang tersimpan di balik mata mu...
Menuntun naluriku tuk melangkah...
Langkahkan jiwa dan roh ku saat lengan dan kaki membisu...
Kau alirkan nafsu ku ke dalam pokok melati dan potongan danau...
Rangkaian kata yang tersingkap di sisi bibirmu yang mekar...
Ketiak kau memanggil merka tuk bersembunyi di bawah pohon...
Hingga terbentang sejuta mimpi dan harapan...
Kau adalah minuman keras bagi bayi yang baru terlahir dan terbuang dari
harta yang tertinggal...
Kau elus mereka yang tek berdaya...
Kau kecup setiap gadis yang berlarian...
Hadirkan sebuah tawa bagi anak anak pematang di atas segara hijau...
11 Oktober 2007
Selasa, 20 Mei 2014
Meditasi
Oleh: Michelia Alba
Klutukkutuk kukutuk
untukku tukutuk
Lentera otakku jatuh di
sepertiga kuburan
Ingin ku raih
lambat-lambat
Hingga tak pelak ku
makan penat
Semak-semak kubiarkan
merangkak
Lenganku terbelah
menganga
Kakiku kikakiku
kakakkakiku
Teriak kakiku menggeletak-geletak
Aku berlari-berlari
mengangkat leherku
Kakiku dimana?
Lenganku dimana?
Huluku dimana?
Alam membiarkanku
membusuk di liang hampa
Semerbak samudra
merangkaikan urat-urat cahaya
Menyirat rembulan di
sore hari
Ketika ku lihat lara
mulai bising
Sontak jiwa rekatkan
ujung-ujung tanah retak
Lenganku
bergerak demi alam yang mulia
Kakiku
tampan rupawan menginjak bala
Rabunku
melihat tanpa otak yang dermawan
Aku
hilang bayang sampai tua
Semua
ranjau kan ku telan
Hingga
jiwa mulai menghujan
29
Agustus 2013
Senin, 19 Mei 2014
Ini Usia Sudah Mengering
Oleh: Michelia Alba
Ini
usia sudah mengering
Senyumku
lihatlah!
Di
bawah rawa mereka berceceran
Sehelai
rambut pun tiada tiba disini lagi
Kiranya
enggan menjenguk kematianku
Benalu
yang congkak mulai melancong
Seperti
malam yang mengecup merang
Lantas
tinggalkan aku yang murca
Merana
dan berguguran
Disobeknya
jejak langkahku
Dilapuknya
kerongkonganku ketika hendak bertasbih
Direnggutnya
selaput anganku
Kian
meratap lagi sepi
Layaknya
busuk yang membangkai
Inginku
meronta dikala sunyi meratap
Nafasku
sengau terbelenggu aroma kenistaan.
Nadiku
menggigil, tak ada api yang bertuan
3 September 2013
Minggu, 18 Mei 2014
Hanya Plastik
Oleh: Michelia Alba
Ketika ragaku terbakar oleh kesepian
Seolah jiwa ini bertekuk lutut di lembah curam
Tergiring dalam sosok kematian tanpa terang
Aku hanya plastik yang terbang tanpa arah
Lalu terlihatlah aku yang tak sendiri
Rapuh tergeletak hampa
Mereka tersenyum membilas sepi dan nanar
Membawaku ke dunia dimana detak ini bertepi
Sehingga bersembunyi aku di dalam kenangan
Mimpi
Dan angan
Gita pun tertawa di atas tanah dan ranah
Kemudian kami, bahagia
Sampai angin
memisahkan kami
Sampai kami kembali ke alam
Bukan untuk terbuang
Tapi untuk dikenang
13 Agustus 2011
Sabtu, 17 Mei 2014
Tips: Cara agar Tetap Produktif dalam Menulis Karya
Oleh: Michelia Alba
Pengalaman
adalah guru yang terbaik. Itulah mengapa muncul kata-kata, “Guru adalah
pahlawan tanpa tanda jasa”. Pahlawan tanpa tanda jasa yang sesunggunya adalah
pengalaman. Dialah guru yang terbaik. Guru biasa mungkin masih meminta upah
untuk kehidupannya sehari-hari, tapi pengalaman? Itulah alasan saya di sini
untuk berbagi pengalaman dalam dunia menulis. Mungkin saya bukan orang yang professional
dalam tulis-menulis. Tetapi, bukankah sedari kecil Tuhan telah menganugrahkan
tangan untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya? Salah satunya dengan menulis.
Artinya semua orang bisa menjadi menulis dan bisa menjadi penulis. Setuju?
1.
Memaksakan mood
Banyak orang yang berhenti menulis
karena moodnya kurang mendukung. Mood itu bisa diartikan dengan perasaan,
situasi, atau kondisi dalam hati dan pikiran. Mood juga hampir sama dengan Iman dan keyakinan alias mudah naik
dan turun. Sedikit saja terganggu dan tergoda, dapat membuat kinerja Anda dalam
menulis jadi berantakan. Bagaimana cara Anda untuk memaksakan agar mood selalu dalam keadaan yang baik?
Buatlah deadline sendiri untuk
menulis. Menulis memang harus sedikit dipaksa. Setelah dipaksa, pasti akan
memunculkan ide-ide tambahan. Yang sulit adalah memulai. Jadi mulailah dari
sekarang menulis. Jangan tunggu mood baik itu datang. Kebahagiaan bukan dicari
tapi diciptakan. Mood bukan dicari tapi diciptakan. Anda mampu menciptakan mood
sendiri. Anda dapat membuat suasana tulis-menulis menjadi bagian yang
menggembirakan dalam hidup Anda.
2.
Menulis bukan berdiam diri!
Jika Anda menyangka bahwa menulis
hanyalah tentang penulis dengan komputernya saja, maka itu adalah sebuah
kesalahan. Menulis memang harus menggunakan komputer atau alat pengetikan
sejenisnya, tetapi bukan berarti penulis hanya berdiam diri di tempat. Penulis
biasanya mencari bahan tulisan dari luar. Semua hal yang pernah dilihatnya
dapat menjadi bahan untuk tulisannya. Baik itu dari alam, hewan, tumbuhan,
kelas, kantor, rumah, kamar, toilet, tempat umum, dan sebagainya. Penelitian
pun ada yang mengatakan bahwa ketika tubuh bergerak maka otak pun bekerja. Jadi
alangkah baiknya Anda memperbanyak gerak Anda. Gerak di sini dimaksudkan dengan
membaca, menonton televisi, menonton bioskop, berenang, bermain basket,
mengunjungi tempat wisata, dan sebagainya. Hal itu dapat melatih kepekaan Anda
untuk diterapkan dalam tulisan Anda.
3.
Buku jendela dunia
Jika Anda mengira bahwa penulis itu
hanya mengarang berdasarkan imajinasi yang tidak mungkin ada dalam dunia nyata,
maka Anda sudah salah lagi. Apa yang orang dengar itulah yang akan orang itu
bicarakan. Apa yang orang baca itulah yang akan orang itu tulis. Artinya apa?
Bahwa banyak membaca akan menambah referensi dan pengetahuan Anda. Ide akan
muncul lebih mudah ketika wawasan Anda lebih luas. Dan ide itulah yang dibutuhkan
dalam menulis. Perbanyaklah membaca maka Anda akan mudah untuk menulis.
4.
Siapa diri saya sebenarnya?
Pulpen itu hanya dapat dihapus
menggunakan tipe-x. Pensil itu dapat dihapus menggunakan penghapus. Coba bayangkan
jika seseorang tidak mampu memahami fungsi pulpen dan pensil termasuk
kelemahannya? Menulis berkali-kali pun pastilah akan mengulang kesalahan yang
sama. Sama halnya dengan diri sendiri. Manusia diciptakan dengan fungsi,
karakter, dan sifat yang berbeda-beda. Seandainya Anda tidak tahu siapa diri
Anda, maka sejauh apapun Anda melangkah yang didapati hanyalah penyesalan dan
penyesalan. Kenali diri Anda baik kelebihannya maupun kelemahannya. Ini sangat
pas untuk menentukan jenis tulisan apa yang cocok untuk anda buat. Jangan memaksakan
untuk membuat tulisan yang lucu apabila Anda sebenarnya tidak tertarik. Jangan
memaksakan untuk membuat tulisan yang puitis apabila Anda tidak menguasai.
Carilah jenis karya Anda yang cocok untuk karakter Anda pribadi.
5.
Selesaikan tulisan Anda
Jika Anda pernah melihat bangunan
yang belum jadi terlihat membusuk di sisi jalan, itulah gambaran untuk tulisan
yang belum selesai. Sangat disayangkan, sebuah usaha yang sudah dipikirkan
dengan matang-matang, sudah membuang uang banyak, sudah menyita tenaga dan
waktu hasilnya tidak didapatkan. Sama halnya dengan tulisan. Tulisan yang
dibuat dengan sangat baik pada permulaan, hanya akan membusuk dan mengganggu
bila tidak diselesaikan. Tak usah mempedulikan akhir cerita, fokus saja
terhadap isi ceritanya. Lebih baik menulis dari awal daripada dibiarkan
berhenti di tengah-tengah. Jadi, lebih baik diselesaikan daripada harus
mengulang dari awal.
6.
Perenungan menciptakan suasana batin menjadi
tenang
Biasakan dalam menulis dibarengi
dengan doa atau ritual yang biasa dilakukan oleh keyakinan Anda. Apabila Anda
muslim, maka seringlah beribadah. Sedikitnya hal itu dapat membantu Anda untuk
menjernihkan pikiran yang kotor. Setelah itu, maka Anda akan dapat menuangkan
apa saja di dalam pikiran Anda tanpa terganggu dengan pikiran yang kotor. Ini
sangat mempengaruhi kinerja Anda dalam membuat tulisan.
7.
Makanan sehat dan teratur serta berolahraga
Jangan sepelekan makanan. Apa yang
kita makan sesungguhnya berpengaruh kepada keadaan fisik, mental, dan psikis.
Makanan yang sehat akan membuat pemikiran kita lebih dapat terfokus. Apalagi
jika dapat menjaga kesehatan tubuh dengan makan secara teratur. Berolahraga pun
sama, akan meningkatkan kualitas otak. Karena dengan bergerak, otak pun ikut
bekerja. Biasanya yang paling efektif adalah berenang. Ketika di dalam air,
suasana yang tenang akan didapatkan. Itu berfungsi untuk meregenerasi sel-sel
yang tidak dibutuhkan dan meningkatkan daya ingat terhadap otak. Atau mungkin
dengan olahraga yang lain tetapi tak usah yang terlalu ekstrim.
8.
Jangan putus asa
Apabila Anda sudah menulis namu gagal
diterbitkan di media masa atau di penerbit, jangan putus asa. Teruslah berkarya
dan teruslah menghasilkan tulisan. Kegagalan memang kesuksesan yang tertunda.
Maka janganlah tunda kesuksesan itu. Raihlah kegagalan demi kegagalan untuk
mendapatkan kesuksesan yang Anda inginkan.
Jumat, 16 Mei 2014
Analisis Cerpang (Cerita Panggung): Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer
Cerpang: Mangir
Pengarang: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation, 2000
I.
Pembahasan
A. Unsur-Unsur
Budaya
1. Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh Pramoedya
Ananta Toer dalam cerpang Mangir ini adalah merasionalkan unsur-unsur imajinasi
atau fiktif yang penuh dengan kiasan ke bentuk yang sesungguhnya. Seperti yang
diungkapkan pada lembar pertanggungjawaban bahwa cerita Mangir merupakan
permata dalam kesusastraan Jawa setelah masuknya Islam, bukan karena bentuk
sastranya, tetapi karena makna sejarah-sejaranya. Kemudian dilanjutkan dengan
alasan mengapa diwujudkan dalam bentuk cerpang: tradisi jawa terlalu hati-hati
dalam menuliskan raja-raja atau dinastinya yang masih berkuasa,
pujangga-pujangga Jawa terpaksa menempuh jalan sanepa atau kias. Sebaliknya
pembaca berabad-abad kemudian juga terpaksa harus dapat membuka kunci-kunci
sanepa itu untuk dapat memahami maksud-maksud mereka (Pramoedya, 2000: XXII).
Dalam cerita panggung Mangir Baru
Klinting diwujudkan dalam bentuk manusia sebenarnya. Karakternya sendiri dibuat
seperti manusia biasa. Dia merupakan prajurit, ahli siasat, pemikir, dan
organisator. Baru Klinting digambarkan sebagai sosok yang mempunyai visi dan
misi ke depan. Ia optimis dan percaya diri pada kemampuannya. Berikut ini
adalah penggalan dialog yang melukiskan sifat atau karakter Baru Klinting.
Keterangan
|
Dialog
|
Ucapan Baru Klinting yang yakin dengan masa
depannya. Dia sangat percaya diri.
|
Belum mampu pandanganmu menembus hari dekat
mendatang? Dia akan datang hari penghinaan itu. Kan meruap hilang impian Panembahan,
jadi raja tunggal menggagahi pulau Jawa. Bakal telanjang diri ia dalam
kekalahan dan kehinaan (Pramoedya, 2000: 6).
|
Ucapan Baru Klinting yang menasehati Wanabaya
seakan-akan menguji kesungguhan Wanabaya untuk konsisten terhadap Putri
Pambayun dan Perdikan Mangir.
|
Wanabaya Muda, kau mulai memeras untuk dibenarkan,
untuk dapat anggukan. Kau yang diasuh oleh perdikan sejak pertama kali
melihat matari, hatimu mulai terbelah hanya karena waranggana (Pramoedya,
2000: 31).
|
Baru Klinting menasihati Wanabaya dengan tegas
|
Memalukan – seorang panglima, karena kecantikan
perawan telah relakan perpecahan. Berapa banyak perawan yang cantik di atas
bumi ini? Setiap kau tergila-gila seperti seekor ayam jantan, tahu sarang
tapi tak kenal kandang (Pramoedya, 2000: 32)
|
Baru Klinting menasihati Wanabaya dengan tegas
|
Apa guna kau coba dekati jagang tombak? Hanya
karena wanita hendak robohkan teman sebarisan? Tidakkah kau tahu, dengan
jatuhnya semua temanmu kau akan diburu-buru Mataram seperti babi hutan?
|
Dalam cerita penggalan dialog di atas
bisa dilihat karakter yang ada pada diri Baru Klinting. Namun dalam cerita yang
sebenarnya (sebelum dituliskan oleh Pramoedya), Baru Klinting digambarkan
sebagai seekor ular yang kelahirannya spektakuler saat Kiai Ageng Mangir
mengadakan upacara tingkeban untuk istrinya yang hamil tua. Biasanya seorang
pengarang yang berasal dari kerjaan melukiskan musuh kerajaan dengan tidak
sepenuhnya berwujud manusia.
Hal itu seperti yang dikatakan oleh
Pramoedya bahwa berhadapan dengan sanepa adalah berhadapan dengan teka-teki dua
muka: historis dan daya imajinasi pujangga (Pramoedya, 2000: XXII). Kemudian
dilanjutkan dari penelusuran maksud dari nama Baru Klinting.
Baru itu berasal dari beri dan bahu
(-ning praja), dua-duanya punya persangkutan dengan kekuasaan dan pelaksaannya.
Suatu pendapat bahwa baru adalah perusakan dari kata bahu, perusakan yang
dilakukan dengan sengaja, juga masuk akal. Dan bila demikian, Klinting bisa
berarti mengerut karena kering, atau mengelupas karena kering. Maka Baru
Klinting berarti seorang penggawa Perdikan Mangir yang kulitnya mengelupas
(Karena penyakit kulit). Dari kerusakan kulit seorang pujangga Jawa, yang
sengaja hendak menyandikan, dalam pada itu berpihak pada Mataram, mendapat
bahan untuk melebih-lebihkan penggambaran, bahwa si bahu perdikan itu berkulit
sisik, dan kulit bersisik ia menyamakan dengan ular, dan dari persamaan ular
menjadi ular sungguhan (Pramoedya, 2000: XXVI-XXVII).
2. Sistem
Pengetahuan
a. Pernikahan
Terlarang dan Simbol Wanita
Dalam
buku “Beberapa Pokok Antropologi Sosial”, Koentjaraningrat (1992: 8-9)
menjelaskan bahwa sistem pengetahuan terdiri dari pengetahuan tentang sekitar
alam, alam flora, alam fauna, zat-zat dan bahan mentah, tubuh manusia, kelakuan
sesama manusia, ruang, waktu, dan bilangan. Secara sekilas cerpang “Mangir” ini
hampir menyerupai peristiwa perang Bubat yang dilakukan antara kerajaan Sunda
dengan Majapahit. Awal munculnya perang Bubat tersebut dari Prabu Hayam Wuruk
(kerajaan Majapahit) yang ingin memperistri Putri Dyah Pitaloka Citraresmi
(kerajaan Sunda).
Alasan
umum Hayam wuruk untuk menikah dengan Dyah Pitaloka adalah untuk mengikat
persekutuan dengan Negeri Sunda. Pernikahan dilangsungkan di Majapahit.
Meskipun pihak kerajaan Sunda merasa keberatan dengan tempat pelaksanaan, Raja
Sunda dan Dyah Pitaloka tetap datang ke Bubat diiringi dengan prajurit. Memang
pada masa itu pengantin wanita yang datang menemui pengatin pria disebut-sebut
sebagai jebakan agar dapat menguasai negeri lawannya.
Gajah
Mada pada saat itu masih mengingat sumpahnya sebelum Hayam Wuruk naik tahta.
Gajah Mada berpikiran bahwa kedatangan Raja Sunda beserta prajuritnya adalah
suatu bentuk penyerahan diri. Dyah Pitaloka pun bukan lagi dianggap sebagai
calon mempelai pria tetapi dianggap sebagai umpan kerajaan Sunda agar datang ke
Majapahit. Tanpa pikir panjang, Gajah
Mada langsung memberi perintah kepada pasukannya agar menyerang kerajaan Sunda.
Peperangan yang tidak seimbang antara Majapahit yang pasukannya berjumlah
banyak melawan pasukan kerajaan Sunda yang jumlahnya sedikit terjadi. Karena
ingin membela kehormatan kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka akhirnya bunuh diri dan
diikuti oleh perempuan lainnya.
Peristiwa
tersebut hampir menyerupai cerpang Mangir. Awal mula jatuhnya kerajaan Mangir
karena cinta Wanabaya dengan Putri Pambayun tidak dilandasi kejujuran. Putri
Pambayun tidak berbicara sejujurnya bahwa dia berasal dari kerajaan Mataram
yang tidak lain adalah musuh bubuyutan kerajaan Mangir. Namun, Putri Pambayun
menganggap jika dia berbicara jujur maka yang terjadi dia tidak akan dapat
menikah dengan Wanabaya.
Sama
halnya dengan perang Bubat, Putri Pambayun dianggap sebagai umpan untuk
kerajaan musuh. Pada akhir cerita dikisahkan Wanabaya datang untuk meminta
restu kepada ayah Putri Pambayun yaitu Panembahan Senapati dari kerajaan
Mataram. Wanabaya dan pasukannya pun diserang oleh pasukan Mataram. Pasukan
Mangir pun berguguran termasuk Wanabaya.
Kedua
cerita di atas mempunyai kesamaan tema yang dilandasi dari cinta yang
terlarang. Sekilas dapat ditangkap bahwa wanita dalam kedua cerita tersebut
dijadikan sebagai alat untuk menaklukan seorang pria. Wanabaya adalah seorang
prajurit, pendekar, panglima Mangir, tua Perdikan Mangir, tampan, tinggi
perkasa, dan mempunyai jiwa kepemimpinan. Dia juga mempunyai sifat setia pada
negaranya. Namun, sifat setia tersebut seolah-olah dimanfaatkan oleh kerajaan
Mataram. Tumenggung Mandaraka mempunyai pikiran bahwa Wanabaya akan setia pada
pasangannya dan akan melakukan apa saja demi pasangannya. Akhirnya Putri
Pambayun dijadikan alat agar lebih mudah mengalahkan kerajaan Mangir.
Sama
halnya dengan kerajaan Mataram atau kerajaan Majapahit yang menjadikan sosok
wanita sebagai alat untuk menjatuhkan musuhnya atau mempertahankan kekuasaannya, dalam budaya Indonesia sendiri banyak fakta
yang beredar bahwa wanita dijadikan sebagai alat pembayaran untuk menyuap
seorang pejabat selain berupa uang. Tentu saja ini adalah penyalahgunaan simbol
wanita yang seharusnya martabatnya dijunjung tinggi malah dijatuhkan moralnya.
Ini adalah sebuah situasi tragis dimana wanita rela diperjualbelikan demi
mendapatkan kekuasaan atau mempertahankan kekuasaan.
Faktanya
pada tanggal 7 Juli 2008 lalu, Al Amin Nasution tertangkap basah pada
pembicaraannya yang disadap melalui telepon. Pembicaraan dalam telepon tersebut
tentang permintaan Al Amin untuk disediakan seorang wanita sebagai alat suap
alih fungsi hutan lindung Kabupaten Bintan. Dalam hal ini dapat disimpulkan
bahwa untuk meraih kekuasaan atau kemudahan dalam sebuah proyek dapat dilakukan
dengan segala cara termasuk memberi wanita kepada anggota DPR. Artinya ada tiga
kelemahan yang terdapat dalam jiwa orang Indonesia, yaitu harta, tahta, dan
wanita. Ketiga hal tersebut paling banyak diburu. Jika seseorang dapat
mengendalikan nafsu mereka untuk dapat menguasai ketiga hal tersebut dengan
baik dan benar, maka persoalan dalam hidup dapat teratasi. Tetapi jika
ketiganya disalahgunakan oleh seseorang, maka yang terjadi adalah kehancuran.
Inilah sisi negatif prilaku seorang yang picik yang coba diangkat oleh
pengarang untuk bahan pembelajaran.
b. Strategi
Perang
Terlepas
dari baik atau buruknya tindakan kerajaan Mataram untuk menaklukan kerajaan
Mangir, peristiwa tersebut menampilkan sebuah strategi yang disusun secara
rapi. Sama halnya dengan perang Troya yang ada dalam mitologi Yunani. Pasukan
perang Akhaia mampu memperdaya dan menipu orang-orang Troya dengan
mempersembahkan Kuda Troya. Kuda Troya tersebut ditunjukan sebagai pengabdian
kepada Poseidon. Kuda Troya menurut para petinggi Troya dianggap tidak
berbahaya dan diizinkan masuk ke dalam benteng Troya yang tidak dapat ditembus
oleh para prajurit Yunani selama kurang lebih 10 tahun. Pada malam harinya,
pasukan Yunani atau Akhaia keluar dari perut kuda kayu tersebut dan akhirnya
merebut kota Troya.
Berdasarkan
cerita di atas dan dikaitkan dengan cerita Mangir tersebut dapat diambil
simpulan bahwa kemenangan dapat diraih dengan memperhitungkan kesempatan dan
situasi yang ada. Putri Pambayun dalam kisah Mangir pun dijadikan alat karena
terdapat kesempatan agar Mataram dapat menaklukan kerajaan Mangir. Ini
membuktikan bahwa pola berpikir dalam menyusun strategi dalam perang antara
Mataram dan Mangir didasari dengan pengetahuan intelektual dan pengalaman.
Dalam
kaitannya dengan budaya bangsa Indonesia sekarang ini, sering strategi seperti
itu disalahgunakan. Misalnya saja banyak caleg yang memanfaatkan rakyat hanya
sebagai pengisi suara dalam pemilu. Setelah usai pemilu pejabat meninggalkan
para rakyatnya. Selain itu, banyak caleg yang menyebarkan uang kepada setiap
kepala rumah tangga hanya untuk mendapat kemenangan dalam pemilu. Banyak lagi
cara-cara yang sebenarnya kreatif namun tidak dilakukan dengan cara yang baik.
Hal-hal cerdik seperti itu seharusnya dilakukan dengan cara yang baik menurut
aturan yang berlaku. Seperti halnya kesetiaan Wanabaya yang rela mempertahankan
negerinya sampai mati. Ini menunjukan bahwa pemimpin pada masa dahulu sangat
konsisten dan setia untuk menjaga nama baik kerajaannya. Pada kenyataannya di
negara Indonesia banyak caleg saling berkompetisi dengan cara yang tidak sehat.
Padahal lawan mereka adalah salah satu masyarakat negara Indonesia dan bukan
musuh dalam arti yang sesungguhnya.
3. Organisasi
Sosial
a. Kesetiaan
Seorang Pemimpin
Dalam cerpang Mangir ini, Pramoedya
berhasil merealisasikan sosok Wanabaya dengan sifat yang setia dan berwibawa.
Kata-kata yang dilontarkan oleh Wanabaya mempunyai karakter yang tegas dan
bijaksana. Selain itu, prilaku yang ditampilkan dalam penggalan-penggalan
dialog membuktikan bahwa Wanabaya tidak hanya sekedar berbicara atau bersumpah
melainkan dia mengaplikasikan sumpahnya itu ke bentuk yang nyata. Di bawah ini dapat dilihat kata-kata yang
mewakili sifat Wanabaya.
Keterangan
|
Dialog
|
Wanabaya memohon pada Baru Klinting untuk merestui
hubungannya dengan Putri Pambayun
|
Ki Ageng Mangir telah dengarkan semua. Hanyaa yang
ini di atas segala-gala. Tak pernah Wanabaya sukai wanita. Sekali
diperolehnya, tak ada yang mampu kisarkan kemauannya (Pramoedya, 2000: 26)
|
Wanabaya meyakinkan orang-orang Mangir bahwa dia
akan tetap setia dengan Mangir
|
Takkan kubiarkan kalian lapar. Seluruh rombongan
jadi tanggungan di tangan Ki Ageng. Harap jangan kalian anggap rendah
Wanabaya Muda. Biar bukan raja, aku masih jaya berlumbung daya (Pramoedya.
2000: 28)
|
Wanabaya meyakinkan orang-orang Mangir bahwa dia
tetap akan memilih Putri Pambayun sebagai istrinya
|
Sudah kudengar semua keluar dari mulut kalian.
Juga dalam perkaraa ini aku seorang panglima. Jangan dikira kalian bisa
belokaan Wanabaya. Sekali Wanabaya Muda hendaki sesuatu, dia akan dapatkan
untuk sampai selesai (Pramoedya, 2000: 33)
|
Sumpah Wanabaya yang akan tetap melawan Mataram
meskipun sudah mempunyai istri. Istri bukan sebagai pengganggu untuk tetap
mebela kerajaannya
|
Dengar kalian semua: terhadap Mataram sikap
Wanabaya tak berkisar barang sejari. Ijinkan aku kini memperistri Adisaroh.
Tanpa mendapatkannya aku rela kalian tumpas disini juga. Jangan usir aku,
terlepas dari perdikan ini. Beri aku anggukan, Klinting, dan kalian para
tetua, gegeduk rata Mangir yang perwira. (berlutut dengan tangan terkembang
ke atas pada orang-orang di hadapannya). Aku lihat tujuh tombak berdiri di
jagang sana. Tembuskanlah dalam diriku, bila anggukan tiada kudapat. Dunia
jadi tak berarti tanpa Adisaroh dampingi hidup ini (Pramoedya, 2000: 36)
|
Ungkapan Tummenggung Mandaraka terhadap Wanabaya
|
Memang suami luar biasa, untuk istrinya dia
kerjakan semua, dengan sisa waktunya yang sedikit dari garis depan. Betapa
bangga seorang wanita punya suami seperti dia takkan pernah terdapat di
istana (Pramoedya, 2000: 53)
|
Pada
penggalan dialog-dialog di atas dapat dilihat betapa setianya Wanabaya terhadap
kerajaan. Dia bahkan dapat membagi waktu antara kerajaan dan istrinya. Istrinya
tetap dipandang sebagai seorang yang butuh kasih sayang dan dihargai. Dia tetap
menjaga janji yang pernah dia utarakan sebelumnya. Sifatnya yang konsisten
membuat dia tidak goyah untuk mempertahankan kerajaannya sampai akhir
kematiannya. Tebukti pada akhir cerita tersebut yang menyatakan bahwa Wanabaya
mati saat berperang melawan kerajaan Mataram.
Hal
ini membuktikan bahwa pada zaman dahulu sifat kesetiaan pada seseorang untuk
membela negaranya dan memegang teguh prinsipnya masih berlaku. Pada
kenyataannya, bukan di Indonesia saja sifat kesetiaan pada negaranya masih
berlaku pada zaman dahulu. Di Negara Jepang misalnya, yang terkenal dengan
sejarah 47 Ronin juga secara tidak langsung menjelaskan bahwa sifat kesetiaan
masih sangat banyak ditemukan pada zaman dahulu.
Sejarah
47 Ronin menceritakan tentang pembalasan dendam anak buah pemimpin Asano Takumi
terhadap pejabat tinggi Kira Kozuke. Awalnya
Asano Takumi bertengkar dengan Kira Kozuke yang akhirnya melahirkan keputusan
hukuman mati bagi pihak yang bersalah. Hukuman mati yang biasa dikenal seppuku
(bunuh diri secara terhormat) dijatuhkan pada Asano Takumi, sedangkan Kira
Kozuke dibebaskan begitu saja. Hukumannya yang lain adalah pencabutan semua
wilayah kekuasaan klan Ako Asano di Ako, sehingga semua pengikutnya harus
menjadi ronin (samurai yang tidak mempunyai tuan). Setelah Asano meninggal dunia karena hukuman mati, para
ronin membalas dendam manjikannya itu terhadap Kira Kozuke. Setelah Kira Kozuke
meninggal, semua ronin yang membalas dendam itu akhirnya dihukum seppuku sesuai
dengan keputusan pemerintah. Meskipun para ronin tahu bahwa membalas dendam
dengan membunuh pejabat tinggi itu adalah sebuah tindakan yang patut untuk
dihukum, para ronin tetap mempertahankan janjinya untuk tetap setia dengan
majikannya.
Di
negara Indonesia sendiri bila dikaitkan dengan sifat kesetiaan seorang pemimpin
terhadap negaranya pada masa sekarang ini jauh berbeda dengan masa lalu. Banyak
pelanggaran yang terjadi karena tidak mempedulikan peraturan yang ada.
Kesetiaan malah sering disalahgunakan dalam kejadian yang salah. Contohnya saja
ketika seorang pemimpin korupsi maka dengan setia anak buanya pun ikut korupsi.
Namun dalam hal ini kesetiaan pada pemimpin atau negara seharusnya mengacu pada
peraturan yang berlaku. Sumpah atau janji yang diutarakan oleh pemimpin yang
ingin menjadi pejabat sering diabaikan. Di bawah ini terdapat janji dalam
pelantikan untuk menjadi pejabat yang diambil dari situs internet.
“Demi Allah saya bersumpah/ berjanji,
bahwa Saya, untuk diangkat pada jabatan ini, langsung ataupun tidak langsung
dengan nama atau dalih apapun, tidak memberikan atau menjanjikan, ataupun akan
memberikan sesuatu kepada siapapun juga.
Bahwa saya, untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu, dalam jabatan ini, tiada sekali-kali menerima dari siapapun
juga, langsung ataupun tidak langsung, suatu janji atau pemberian.
Bahwa saya setia kepada UUD 1945, dan
akan memelihara segala undang-undang dan peraturan yang berlaku bagi negara
Republik Indonesia.
Bahwa saya akan setia pada nusa dan
bangsa, dan akan memenuhi segala kewajiban yang ditanggungkan kepada saya oleh
jabatan ini.
Bahwa saya akan menjalankan tugas dan
kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada bangsa dan negara.” (sumber:
nasional.kompas.com/ read/2013/10/17/1033299/Sumpah_Serapah_Pejabat_Negeri)
Secara
tidak langsung jika diamati secara lebih seksama, maka dapat dilihat bahwa
ikrar untuk tidak menyalahgunakan jabatan ditempatkan pada poin pertama dan
kedua diikuti dengan peraturan-peraturan yang ada dalam poin-poin berikutnya. Seandainya
dari sumpah tersebut dihayati dengan hikmat karena mengandung unsur Tuhan di
dalamnya, secara logika seseorang akan berpegang teguh dalam sumpahnya
tersebut. Namun dalam kenyataannya masih ada saja pejabat yang korupsi atau
menyalahgunakan jabatan. Ini justru bertentangan dengan situasi pada zaman
dahulu khususnya dalam cerita panggung Mangir
tersebut.
b. Kesetiaan
Seorang Istri
Dalam cerpang Mangir juga diceritakan
tentang seorang istri yang bernama Putri Pambayun yang setia terhadap Suaminya.
Meskipun awalnya Putri Pambayun pernah membohongi suaminya, tetapi pelajaran
yang positif yang dapat diambil disini adalah kesetiaan seorang Putri Pambayun
terhadap Wanabaya. Dia tetap akan terus mendapinginya dan mentaati seluruh
kebijakannya. Walaupun akhirnya dia dijadikan alat penjebakan oleh Tumenggung
Mandaraka. Di bawah ini adalah kata-kata yang membuktikan kesetiaan Putri
Pambayun.
Keterangan
|
Dialog
|
Ucapan Wanabaya yang sedih melihat Putri Pambayun
rela menemaninya hingga tidak berkesempatan pulang kampung sebelum mendapat
restu dari Wanabaya
|
Kau terlalu rindu kampung halaman, juga kau
berbahagia di Perdikan, empat bulan kau telah saksikan tak ada lelaki
perbudak wanita seperti di istana. Orang-orang berbangsa itu lupa, wanita tak
lain dari ibu bangsa. Maka jangan kau suka melamun Adisaroh kekasih si
kakang. Gelisah hati melihat, seakang kakang tak cukup bertimbang rasa
(Pramoedya, 2000: 42)
|
Ucapan Putri Pambayun sebagai rasa syukur karena
mendapatkan suami yang baik hatinya.
|
Setiap malam, kakangku Wanabaya, bila semua sudah
lelap, pepohonan terangguk-angguk mengantuk, dan agin tak juga jera
berkelana, Adisaroh istrimu bangun hati mengucap syukur dapatkan suami
seperti kakang. Aku memohon, ya Kau Sang Pembikin Nyawa, kecuali mati, jangan
pisahkan kami berdua, jangan Kau biarkan kami bercerai sendiri-sendiri
((Pramoedya, 2000: 43)
|
Putri Pambayun menjelaskan keadaannya kepada
Wanabaya
|
Tak pernah Adisaroh dustai suami. Bukankah untukmu
seorang bayi ini kukandungkan? (Pramoedya, 2000: 65)
|
Putri Pambayun rela dihukum untuk menebus
kesalahannya karena pernah membohongi Wanabaya
|
Inilah diri, hukumlah semau hatimu (Pramoedya,
2000: 66)
|
Putri Pambayun berbicara setelah melihat Wanabaya
tidak jadi menghukumnya
|
Tiada kau hukum aku? Bumi dan langit tak dapat
ingkari, inilah Putri Pambayun Mataram istrimu, inilah bayi dalam kandungan
anakmu, dua-duanya tetap bersetia kepadamu (Pramoedya, 2000: 67)
|
Putri Pabayun berbicara bahwa dia akan setia
membela Wanabaya meskipun harus melawan Mataram
|
Untukmu dan Perdikan, Kang, di mana dan kapan saja
(Pramoedya, 2000: 75)
|
Penggalan
dialog tersebut menjelaskan bahwa seorang istri sudah selayaknya patuh dan taat
terhadap suami selama dalam situasi yang baik dan benar. Namun jika dikaitkan
dengan keadaan di negara bangsa Indonesia zaman sekarang, banyak istri yang
tidak patuh terhadap suaminya. Sebagai contoh mereka lebih memilih kepentingan
pribadi untuk bekerja mencari uang dari pada mengasuh anaknya atau menjadi ibu
rumah tangga sesuai dengan perintah suami.
Wanita
yang lebih memprioritaskan bekerja di luar dari pada merawat anak-anaknya, akan
rela meninggalkan anaknya menjadi mangsa zaman. Pada akhirnya kasih sayang anak
kepada ibunya akan hangus dan tidak ingin menjadi seperti ibunya yang sibuk di
luar. Harmonisasi keluarga akan sulit terwujud karena sekembalinya ibu dari
pekerjaannya dia akan membawa wajah yang tidak indah dipandang, yang sebenarnya
anak-anaknya mendambakan sentuhan-sentuhan manja dari ibu dan bermain
bersamanya, akan tetapi ibu malah marah-marah dan membentak anak-anaknya agar
tidak berisik karena ibu merasa letih dan lelah.
Itulah
salah satu dampak dari seorang istri yang lebih ingin memprioritaskan untuk
bekerja daripada mengasuh anak yang terjadi pada masa sekarang ini. Selain itu
kerusakan hubungan rumah tangga terjadi salah satunya tidak ada hubungan
komunikasi antara ayah, ibu dan anak. Salah satu penyebabnya adalah ibu dan
ayahnya sibuk bekerja. Seandainya suami menyuruh istrinya untuk mengasuh
anaknya mungkin kejadian seperti itu dapat diminimalisasikan. Terlebih lagi
jika seorang istri mematuhi perkataan suaminya.
B. Pesan
Moral
1. Belajar
Menghargai Orang Lain
Dalam kaitannya dengan cerpang Mangir
ini bahwa sebagai manusia harus menghargai sesama manusia lainnya. Wanita dan
pria sejatinya mempunyai hak dan kewajiban yang sama sesuai dengan
kemampuannya. Kisah ini seakan-akan memberikan pesan kepada pembaca bahwa
seseorang tidak boleh merendahkan atau memperalat orang lain demi kepentingan
pribadi.
2. Belajar
untuk Setia
Setia disini bukan hanya terhadap
pasangan tetapi lebih bermakna luas. Setia disini bisa diartikan sebagai setia
terhadap nusa dan bangsa, setia terhadap janji, setia tehadap orang tua, setia
terhadap kebenaran dan sebagainya selama itu baik untuk umum.
3. Pemimpin
Amanah
Semua pemimpin di dalam cerita ini mempunyai sifat
kepemimpinan yang berbeda-beda. Sifat yang positifnya adalah mereka dapat
melakukan strategi perang sehingga dapat dihormati oleh anak buahnya. Menjadi
seorang pemimpin yang dihormati oleh anak buahnya bukan hal yang mudah. Sekali
saja pemimpin berbuat dusta atau kesalahan, kepercayaan dari anak buahnya akan
hilang. Maka dari itu, diharapkan seorang manusia yang ditakdirkan menjadi
khalifah di bumi menjadi pemimpin yang amanah dan dapat dipercaya. Tentu saja
untuk menjadi pemimpin yang seperti itu harus berpegang teguh terhadap janji
yang dia utarakan demi negaranya.
Langganan:
Postingan (Atom)