Selasa, 22 Juli 2014

Berita: Sejumlah Posko Mulai Didirikan




Arus lalu lintas semakin padat menjelang hari raya idul fitri namun bagi pengendara yang merasa kelelahan atau sakit bisa beristirahat di rest area yang telah disediakan oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kota Solo. Sampai saat ini sudah enam posko yang telah didirikan untuk kenyamanan para pengendara. Posko tersebut mulai didirikan dari H-7 hingga H+7 lebaran.
Lokasi posko yang didirikan diantaranya berada di depan Superindo Jl. Adi Sucipto, bekas Pertamina Gilingan Jl. Achmad Yani, depan Danarhadi Jl. Bayangkara, Taman Satwa Taru Jurug, palang kereta api Joglo Jl. Kadipiro, dan terminal Tirtonadi.
Posko yang berada di Taman Satwa Jurug sedikit mengalami keterlambatan untuk mendirikan posko namun diperkirakan segala fasilitas akan segera disediakan sebelum puncak kemacetan. Sementara itu, posko di Pertamina Gilingan sempat mengalami masalah dalam jaringan internet dan juga keterlambatan datangnya petugas puskemas dari dinas kesehatan. Namun, posko lainnya sudah lengkap dan siap untuk melayani para pengendara.
Ary Kusnandar, staf Dishubkominfo menjelaskan bahwa traffic counting sudah dimulai hari Senin. “Kami menghitung jumlah kendaraan dari sepeda motor, mobil pribadi, kendaraan sedang, dan kendaraan berat setiap 15 menit sekali baik dari barat ke timur maupun sebaliknya,” ujarnya. Saat ini jumlah data yang baru di dapat dari posko depan Superindo rata-rata arus dari barat ke timur 700 kendaraan sedangkan dari timur ke barat 500 kendaraan. Menurutnya, Dinas perhubungan dan jajaran kepolisian memperkirakan H-4 lalu lintas akan mulai padat.
Fasilitas yang disediakan antara lain tempat tidur untuk beristirahat, televisi, wa-fi, minuman dan makanan ringan, obat-obatan, dan info mengenai arus lalu lintas. “Untuk penangan yaang diberikan, kami menyediakan pengobatan dari puskesmas terdekat,” lanjutnya.
Sementara itu, Ary Wibowo, koordinator traffic counting menambahkan informasi mengenai aplikasi untuk memudahkan para pengendara. Aplikasi yang bernama Solo Destination itu dapat diunduh gratis melalui ponsel. “Aplikasi ini dapat memudahkan pengendara. Banyak fasilitas yang diberikan salah satunya yang menarik adalah info lalu lintas. Di sana terdapat live cctv streaming sehingga pengendara dapat melihat meihat kepadatan kendaraan lalu lintas dan memilih jalan yang sekiranya lebih lenggang,” ujarnya.(mg1/mg4) 

Rabu, 16 Juli 2014

Berita: Assalaam Adakan Pesantren Kilat untuk Anak Difabel



Allah telah menciptakan apa manusia dengan sebaik-baiknya. Setiap manusia berhak mendapatkan apa yang dia inginkan termasuk ilmu pengetahuan mengenai agama. Itulah latar belakang diadakannya pesantren kilat untuk anak-anak difabel atau penyandang cacat, Selasa (15/7) di Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam.
Kegiatan tersebut diadakan karena PPMI Assalam dipercaya oleh Kementrian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) khususnya dari pendidikan dasar (dikdas) menjadi tempat pesantren kilat. Pasantren kilat itu akan dilaksanakan dalam satu hari dari pagi hingga selesai salat tarawih.
Acara itu diawali dengan sambutan dari pemimpin Ponpes Assalam Drs. H. Uripto Mahmud Yunus M. Ed, kegiatan mengelilingi Ponpes, dan ramah tamah atau perkenalan dengan pengasuh Ponpres. Selain itu ada pula materi yang diberikan untuk para peserta yakni, ilmu agama, etika, dan akhlak. Jumlah peserta yang mengikuti pesantren kilat itu diperkirakan 270 orang beserta dengan pendampingnya.

 “Pasantren kilat tersebut merupakan bagian dari salah satu misi kita untuk memberikan edukasi pada masyarakat agar mereka mendapatkan nilai-nilai yang diharapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu agar mereka merasakan bagaimana menjadi seorang santri walau hanya sehari,” ujar Qamaruddin, humas PPMI Assalaam menuturkan tujuan diadakannya pasantren kilat untuk difabel.
Kegiatan lain yang biasa dilakukan di dalam PPMI Assalaam ini yakni takjil ramadan yang dilakukan bersama masyarakat sekitar diawali dengan kajian agama selama Ramadan. Kemudian, pada tanggal 18 Juli nanti akan diadakan itikaf menjelang 10 hari terakhir Ramadan. Lalu ada pula pengamatan hilal menjelang idul fitri yang dilakukan di Observatorium PPMI Assalaam.(mg1/mg4)

Radar Solo, 16 Juli 2014

Senin, 14 Juli 2014

Berita: Cahyo Alkantana Berkunjung ke UNS


Ramadan tidak membuat seseorang menghentikan kegiatannya begitu saja. Seperti halnya mahasiswa pencinta alam (mapala) dari Sentraya Buana yang mengadakan acara talk show di ruang seminar Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) UNS, Sabtu (12/7). Talk show dokumentasi petualangan yang mengusung tema “Kulihat Kudengar Kuabadikan” tersebut diadakan mulai dari pukul 15.00 hingga pukul 18.30. Dalam acara tersebut juga diadakan buka bersama dengan bintang tamu ternama yakni Cahyo Alkantana, vidografer sekaligus host Teroka di Kompas TV.
Sebelum acara dimulai, pembawa acara mempersilakan Baharudin, mahasiswa dari SKI FSSR UNS untuk melantunkan ayat suci Alquran terlebih dahulu. Soepono Sasongko, Pembantu Dekan III FSSR UNS mengaku sangat berterima kasih terhadap panitia atas terselenggaranya acara ini dan juga terhadap Cahyo Alkantana atas kehadirannya.
“Semoga acara ini dapat memberikan pencerahan dan motivasi kepada hadirin untuk lebih menggali lagi minat dan bakatnya sebagai seorang petualang. Alangkah bagusnya bagi Anda yang suka berpetualang semoga dapat mengkolaborasikannya dengan dunia keilmiahan sehingga tidak semata-mata hanya sekedar berpetualang,” ujar Soepono Sasongko dalam sambutannya.

Cahyo Alkantana menceritakan perjalanan hidupnya dari kecintaannya dalam beladiri silat hingga akhirnya bertemu tertarik untuk menjelajah karena sering berlatih silat di alam terbuka. Seorang diver yang mendapat beasiswa dari S1 hingga S3 itu juga menyampaikan bahwa di dalam film dokumenter  harus ada SEA, yakni Sience, Education, dan Adventure.
Pria yang pernah menjadi mahasiswa jurusan arsitek di Universitas Atmajaya itu juga tidak segan-segan memberi saran dan motivasinya bagi mahasiswa baik itu pencinta alam maupun secara umum untuk mendapatkan kesuksesan. “Apa yang kalian inginkan harus kalian kejar sampai dapat! Seseorang harus mempunyai target agar sesuatu yang diinginkan dapat tercapai!” terang pria yang juga videografer andalan National Geographic dan BBC Knowledge itu.
Nasitha Khurun, ketua panitia acara menuturkan bahwa sebagai pecinta alam sebaiknya dapat mendokumentasikan perjalanannya sehingga tidak hanya sekedar perjalanan yang membuang waktu tanpa mendapatkan ilmu dan manfaat. “Ada tiga hal yang menjadi latar belakang kami untuk mengadakan acara yang bertajuk dokmentasi petualangan ini. Kita tidak boleh membunuh kecuali waktu, tidak boleh meninggalkan sesuatu kecuali jejak, dan tidak boleh mengambil sesuatu kecuali gambar. Yang ketiga itulah yang membuat kami merealisasikannya dalam bentuk acara seminar seperti ini,” ujar mahasiswa tingkat semseter dua tersebut.
Nasitha pun berharap agar peserta yang menyaksikan acara ini setidaknya dapat mengerti cara pengambilan film dokumentasi petualangan serta mendapat inspirasi dan motivasi dari pembicara yang berkualitas.(mg1/mg4)

Jumat, 11 Juli 2014

Berita: Mandiri Tidak Ketinggalan untuk Berbagi Takjil




Ramadan merupakan momen yang sangat tepat untuk beramal dan memperbanyak pahala. Hal itu tidak dilewatkan oleh salah satu bank pemerintah Mandiri untuk membagi-bagi takjil kepada masyarakat sekitar, Jumat (11/7). Kegiatan tersebut diadakan menjelang buka puasa dan dikhususkan kepada masyarakat kecil seperti tukang becak, tukang sapu, pengamen, pengemis, dan pejalan kaki yang kebetulan lewat di depan Mandiri.
“Acara ini ditujukan untuk karyawan dan keluarga beserta dengan masyarakat umum,” ujar Anas salah satu panitia acara. Anas juga menyatakan bahwa acara ini berkaitan dengan bulan suci Ramadan dan Mandiri ingin memberikan kontribusi kepada masyarakat. Acara ini akan diadakan untuk kedua kalinya pada tanggal 19 Juli 2014 mendatang. Tidak ada tema khusus untuk acara seperti ini, hanya saja ingin membantu masyarakat luas saja.
“Untuk yang kedua kalinya kami akan mengundang anak yatim untuk disantuni,” terangnya. Bank Mandiri tidak ingin dibilang hanya mengurusi urusan uang dan traksasi tapi ingin menunjukan bahwa mereka sangat peduli kepada masyarakat sekitar terutama masyarakat kecil. Makanan yang disajikan antara lain adalah kolak, kacang, lapis dan aneka makanan ringan.
Sementara itu acara yang diadakan di dalam kantor berupa pengajian, buka puasa bersama, salat magrib dan tarawih bersama. Acara itu juga akan diisi dengan tausiah dari Agus Waluyo dari Karangpandan.
Menurut Yeni, pekerja yang bekerja di Solo Baru, dia merasa sangat senang karena baru pertama kali mendapat takjil gratis seperti ini. Ibu yang berasal dari Baki tersebut kebetulan lewat di depan Mandiri.(mg1/mg4)   

Kamis, 10 Juli 2014

Berita: Distro Meramaikan Bulan Ramadan




Di pertengahan bulan Ramadan sudah mulai terlihat banyak orang yang meramaikan tempat-tempat tertentu salah satunya pusat perbelanjaan. Hal itu dimanfaatkan oleh event oganizer Langit Biru Creativindio dari semarang untuk mengadakan Distro Clothing Festival yang diadakan di Gedug Graha Wisata pada tanggal 10-13 Juli mendatang. Tema yang diusung kali ini adalah lebaran fiesta 2014.
Acara ini bukan hanya diadakan sekali namun sudah sejak dari tahun 2007. Biasanya diselenggarakan tepat pada momen-momen tertentu seperti pada tahun baru lalu. Selain untuk memeriahkan Ramadan, tujuan lainnya adalah untuk membantu distributor outlet (distro) untuk menjajakan produknya sendiri tanpa melalui toko-toko kecil. “Dengan adanya event ini mereka bisa berjualan sendiri sehingga bisa langsung mengenalkan produknya dengan masyarakat,” ujar Yuda salah satu panitia event organizer.
Barang yang dijajakan beraneka ragam dari mulai baju, kaos, hem, celana, tas, eksesoris, dan lain-lain. Kemungkinan acara yang dibuka dari jam 10.00 hingga 22.00 tersebut akan semakin ramai pada malam hari. Tiketnya pun relatif murah dengan harga Rp. 10.000,00 pengunjung langsung dapat masuk untuk membeli barang sesuai dengan keinginan. “Acara ini sebenarnya adalah sebuah rangkaian tour ke lima kota antara lain Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Purwokerto, dan Tegal,” ucap Yuda.
Menurut Yoga, salah satu pengunjung, merasa kualitas yang dijajakan sangat baik dan acaranya pun sangat menarik. “Saya berharap acara semacam ini diadakan lagi, karena barang-barangnya cukup berbeda dengan yang biasa dijajakan dipasaran,” ujar pria yang berasal dari Karangannyar tersebut. Yoga sendiri telah membeli beberapa barang belanja seperti jaket, baju, dan tas. (mg1/mg4)

Radar Solo, 10 Juli 2014
            

Senin, 07 Juli 2014

Berita: Bazar Kampung Ramadan Meriahkan Masjid Al-Falah





Kegiatan dalam rangka mengisi bulan Ramadan 1435 H ditunjukan oleh Komunitas Ukuwah Remaja Masjid Al-Falah (KURMA) dengan mengadakan bazar “Kampung Ramadan”, Senin (7/7). Sekitar 25 stan dagangan terisi penuh oleh para warga Cinderejo Kidul, Gilingan, Surakarta. Stan untuk warga sekitar diberikan cuma-cuma, sedangkan pengisi stan yang dari luar kampung Cinderejo dihargai Rp 50.000,00. Menurut Rio, ketua panitia, pengisi stan diprioritaskan untuk warga sekitar.     
Bazar ini diselenggarakan dari tanggal 6-15 Juli 2014. Acara ini dibuka dari pukul 15.00 sampai pukul 18.30. Awalnya acara ini diadakan dari pukul 14.00 namun karena kondisi yang tidak memungkinkan akhirnya dialihkan mejadi pukul 15.00. Bazar tersebut menjual berbagai macam makanan ringan, pakaian muslim, pakaian batik, pakaian anak-anak, accesoris dan pernak-pernik.  Meskipun suasana mendung, namun antusias warga sangat tinggi untuk mengikuti kegiatan bazar tersebut. Acara semakin ramai pada malam hari karena para pedagang PKL ikut menjajakan dagangannya di bazar tersebut.
Tujuan diselenggarakannya acara ini untuk mengawali panitia renovasi Masjid Al Falah dan memakmurkan serta meramaikan Masjid Al-Falah. “Kegiatan ini juga sebagai perkenalan diri bahwa Masjid Al-Falah ini mempunyai beraneka ragam kegiatan. Kami ingin menunjukan organisasi di Masjid Al Falah sangat aktif,” ujar Rio. Rio mengaku acara ini dimulai dari tekad yang kuat bahkan tidak mengeluarkan dana sedikitpun. Untungnya banyak sponsor dan donatur yang mendukung terselenggaranya bazar ini.
Sriwahyuni, salah satu pengisi stan bazar merasa sangat senang diadakan acara semacam itu. Ibu yang berasal dari Sangkrah itu menjual pepes bandeng, bakmi toprak, sayur pare, tahu acara, dan nasi bumbu Bali. “Saya harap kegiatan seperti ini diadakan lagi. Soalnya saya bisa jual makanan dan mendapatkan banyak untuk dari acara itu,” ujar Sriwahyuni.
Bazar ini merupakan penutupan dari serangkaian acara kegiatan pengajian akbar dan karnaval anak-anak TPA bertajuk Kampung Ramadan. Penutupan Bazar ini akan diselenggarakan pada tanggal 14 Juli bertepatan dengan 17 Ramadan atau Nuzulul Qur’an. KURMA juga mengumpulkan anak-anak dari berbagai komunitas Masjid untuk mengadakan acara lain seperti dongeng untuk anak. (mg1/mg4)

Radar Solo, 7 Juli 2014

Sabtu, 05 Juli 2014

Berita: Semangat Peserta Sanlat Belajar Qiroah




Pembacaan Alquran mempunyai bermacam-macam irama. Kesenian membaca Alquran dengan baik dan melalaui kaidah-kaidah yang telah ditentukan disebut sebagai qiro’ah. Kegiatan melantukan seni suara Alquran itulah yang sedang dipraktekan para peserta pasantren kilat Pondok Pasantren (Ponpes) Al-Muayyad, Jumat (4/7). Dalam kegiatan tersebut terlihat para santri melantunkan irama Alquran mengikuti arahan dari gurunya.
Menurut H.M. Ahmad Mundzir Sulaiman terdapat tiga metode dalam melantunkan lagu Alquran, diantara lain adalah tahkik, murottal, dan taghonni. Metode yang sering dilantunkan adalah taghonni. Di Indonesia, Tahgonni dibagi menjadi tujuh lagu yaitu bayati, shoba, hijaz, nahawand, rost, banjaka, dan sikah. Jika dalam acara biasa, ketujuh lagu tersebut tidak harus dilantunkan, tetapi jika dalam perlombaan MTQ biasanya diharuskan melantunkan ketujuh lagu tersebut. Biasanya bayati harus dilantunkan diawal dan diakhir pembacaan Alquran.
Kriteria penilaian dalam qiro’ah ada tiga, yaitu tajwid (keutuhan tajwid), fashohah (keutuhan lagu dan penempatan ayat), dan suara (keunikan irama, variasi, dan tempo lagu). Kesalahan yang biasa terjadi dilakukan oleh para pembaca Alquran adalah kesalahan khafi (ringan) seperti menghilangkan mad thabi’i, mad jaiz, gunnah, bilagunnah, dan tajwid lainnya. Kesalahan lainnya dalah kesalahan Jali (besar), misalnya muroatul harakat (salah mengucapkan harakat), muroatul huruf (salah melafalkan huruf), muroatul kalimah (meninggalkan salah satu kalimat), dan muroatul ayat (meninggalkan salah satu ayat).
“Qiro’ah ini bertujuan untuk mengembangkan seni suara membaca Alquran yang sudah merupakan budaya turun-temurun,” ujar guru qiro’ah yang berasal dari Purwokerto tersebut. Kemudian dia juga menjelaskan bahwa para santri baru dapat menguasai qiro’ah ini minimal setelah melewati pendidikan selama dua tahun. Ahmad Mundzir berharap agar para santrinya sedikitnya dapat menyamai prestasinya yang telah menjuarai tingkat nasional atau bahkan bisa melebihi dirinya.
Para santri biasanya dikelompokan menjadi dua bagian. Bagian pertama bagi murid yang kurang menguasai qiro’ah, dan bagian kedua adalah murid yang sudah memahami qiro’ah. Ahmad Mundzir justru lebih intensif memberi pelajaran kepada santri yang belum menguasai qiro’ah agar bakat mereka dapat lebih terasah lagi.
Fadila salah satu peserta pasantren mengaku menyukai pelajaran qiro’ah karena terinspirasi dari ayahnya. Dia sempat menguasai qiro’ah sebelumnya, kemudian termotivasi kembali untuk mengasah bakatnya tersebut. “Aku pengen mendapatkan piala atau penghargaan suatu saat nanti dalam bidang qiro’ah ini,” ujarnya. (mg1/mg4)

Radar Solo, 5 Juli 2014   

Jumat, 04 Juli 2014

Berita: Kaligrafi bukan Sekadar Seni Melukis




Dalam pasantren kilat yang diadakan oleh Pondok Pasantren (Ponpres) Al-Muayyad terdapat kegiatan ekstra yang berkaitan dengan penulisan kaligrafi. Peserta pasantren terlihat sangat antusias untuk menggerakan kuas di atas kertas, Kamis (3/7). Kegiatan ini berlangsung dari pukul 16.00 hingga pukul 17.00.  “Kaligrafi seperti ini memang seharusnya diajarkan sejak dini,” ujar Abdul Rouf, salah satu guru kaligrafi Al-Muayyad ketika dimintai tanggapannya di sela pembelajaran.
Secara formal pengajaran kaligrafi di Al-Muayyad telah diberikan sejak tahun 1984.  Latar belakang diberikannya ajaran kaligrafi ini karena berkaitan dengan tulisan pada Alquran. Aturan dalam menulis kaligrafi berdasarkan ketentuan penulisan alquran. Yusuf Anshori, guru kaligrafi di Al-Muayyad menuturkan bahwa ajaran kaligrafi ini bertujuan agar para santri dapat memahami tulisan Alquran secara keseluruhan baik dari bentuk tulisan hingga maknanya.
Dalam penulisan kaligrafi terdapat berbagai macam jenis antara lain Khat Diwani, Khat Tsuluts, dan Khat Naskhi. Menurut Yusuf Anshori, Khat Naskhi adalah kaligrafi dasar yang sederhana namun sulit dipelajari. Khat Naskhi atau kaligrafi murni mempunyai fungsi sebagai komunikasi. Ciri-cirinya sederhana, disertai harakat, tanpa kreasi. Berbeda dengan kaligrafi ornamen yang disertai dengan hiasan karena fokus utamanya adalah keindahan.
Ketika telah menguasai kaligrafi dasar ini, maka kaligrafi lain dapat dipelajari dengan mudah. Guru yang pernah juga belajar di Jurusan Seni Rupa UNS itu juga merasa prihatin ketika melihat berbagai kaligrafi yang beredar di pasaran tanpa menghiraukan kaidah-kaidah yang benar dalam kaligrafi.
“Target utama saya dalam mengajar kaligrafi ini dalam tiga tahun para santri harus sudah dapat menguasai kaligrafi. Setidaknya dapat mengkoreksi bila ada kesalahan penulisan,” ujar guru kaligrafi  yang terkenal tegas tersebut. 
Sementara itu, Alif salah satu peserta pasantren kilat mengaku lebih menggemari pelajaran kaligrafi daripada pelajaran lainnya. “Karena selain bisa belajar tulisan Arab, kita juga bisa berkreasi,” ucap Alif.(Mg1/Mg4)

Radar Solo, 4 Juli 2014

Cicak


Oleh: Michelia Alba

“Pokoknya ini yang terakhir kalinya,” ucapku sambil memohon-mohon kepada atasanku.
Tenan?” tanya atasanku.
Kepercayaan atasanku sepertinya mulai hilang. Mungkin itu adalah kesalahanku juga. Berkali-kali ucapan ‘yang terakhir’ aku ungkapkan. Namun perbuatan itu selalu saja diulangi. Bukannya aku tidak bisa, tapi kebiasaanlah yang membuatku seperti itu. Seperti misalnya hari Senin lalu ketika aku ingin berangkat ke kantor. Aku melihat seorang nenek yang berjalan dengan sekarung sampah tepat berada di punggungnya. Bibirnya memutih seperti sudah memakan satu kilogram terigu. Tidak jauh beda dengan warna rambutnya. Kakinya yang serba lecet tidak digubris olehnya. Jalan berbatu pun terus dia tempuh.
“Mau saya bantu nek?” itulah yang pertama kali aku katakan padanya. Awalnya dia menolak, namun setelah kupaksa akhirnya dia bersedia menaiki motorku yang sederhana. Kuantar dia sampai rumah kardusnya yang entah akan tinggal di mana nenek itu jika hujan datang. Ternyata karung sampah itu berisi sepenggal makanan bekas. Rencananya ingin dia bagikan kepada keluarga yang lain.
Nenek itu memang selalu datang ke tempat pembuangan sampah sekitar jam tiga pagi. Memungut sisa-sisa makanan yang terkadang disertai dengan kotoran makhluk hidup. Baunya seakan sudah tidak berbeda satu sama lain. Tercampur menjadi satu namun tetap menjadi makanan empuk untuk si Nenek.
“Ya dari mana lagi saya mencari uang? Saya tidak mempunyai apa-apa lagi. Mungkin ini salah satu cara Tuhan memberi saya makan. Ketika orang lain menganggap bahwa sedekah bukan lagi menaruh uang di kotak amal. Mereka semua sudah menganggap bahwa dengan membuang sampah adalah sedekah bagi orang-orang seperti saya ini,” begitulah penjelasan nenek itu dengan bahasa Jawanya. Penjelasan yang kudapat setelah aku pulang kantor dan setelah aku dicaci-maki karena terlambat hanya untuk alasan yang tidak penting.
Sejak kecil, aku memang sudah terbiasa untuk membantu orang lain. Banyak yang mengatakan bahwa kebiasaanku adalah kelemahanku. Dua kali aku dipecat karena aku lebih mementingkan orang lain daripada urusanku sendiri. Alasan demi alasan tidak pernah logis di mata atasan. Namun, hanya itulah kepuasan tersendiri yang begitu nikmat. Tidak ada lagi yang kuharapkan selain senyuman dan canda tawa yang terlontar dari bibir manis orang yang kubantu.
Keesokan harinya atasanku memerintahkan aku untuk mengantarkan dokumen ke sebuah perusahaan. Di tengah jalan, kebiasaan itu muncul lagi. Ada seorang anak yang tertabrak motor karena terlalu asik bermain layangan. Pengendara motor itu langsung kabur hanya meninggalkan sebuah spion di pinggir jalan seperti cicak yang melakukan autotomi. Aku pun segera menepi karena memang tidak ada siapa-siapa lagi yang akan membantunya. Maksudku, orang lain hanya melihat takjub, terpana, terkaget-kaget, dan tanpa berbuat sesuatu untuk menolongnya. Bahkan beberapa orang hanya merekam atau memfotonya lewat telepon genggam. Aku tidak habis pikir.
Setelah aku kembali lagi ke kantor, atasanku dengan senang hati memotong gajiku. Aku terlambat untuk mengantarkan dokumen. Tapi menurutku itu lebih baik daripada aku terlambat untuk mengantarkan anak kecil itu ke rumah sakit. Tentu saja alasan seperti itu tidak akan didengar oleh atasanku. Aku hanya pasrah dengan keputusan beliau. Kebiasaan ini seperti sudah menjadi sebuah penyakit yang melekat di tubuhku. Aku akan melupakan segalannya hanya untuk memenuhi hasrat kebiasaanku ini.
“Ditanya kok malah diam saja! Apa kamu yakin tidak akan melakukan hal ini lagi?” tanya atasanku membuyarkan lamunanku. Tentu saja itu adalah pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab.
“I-iya Pak!”
Lha pie toh? Kalau sampeyan tidak jawab ‘iya’, maka akan saya pecat. Tidak ada pilihan lain! Kalau tidak, ya cari pekerjaan lain yang cocok untuk Anda. Pembantu rumah tangga mungkin? Atau pembantu rumah tetangga? Ya terserah. Setidaknya itu dapat menyalurkan kebiasaan Anda. Kebiasaan Anda itu merugikan saya. Tentu saja merugikan perusahaan dan karyawan-karyawan yang lain. Ingat! Waktu adalah segalanya!”
Aku pun mengangguk setuju dengan beban berat yang saat ini kurasakan. Aku terpaksa menjadi seekor cicak yang lebih baik kabur dan meninggalkan ekornya daripada menjadi seekor nyamuk yang berani melawan orang bertubuh besar. Aku tidak akan berbaik hati lagi mengantarkan tetanggaku ke sekolah seperti yang kulakukan tadi pagi. Di hari yang akan datang akan kusempatkan untuk belajar menolak permintaan tolong dari berbagai orang.
Keesokan harinya, tidak ada seorang pun yang kubantu selama perjalanan ke kantor. Setiap hari aku melakukan hal yang sama semacam itu. Kucing yang tertabrak, seorang nenek yang hendak menyebrang, orang terjatuh dari tangga, pengemis yang dimaki orang, dan sebagainya tidak aku hiraukan. Aku memaksa diriku untuk menepati janji. Meskipun keinginanku untuk membantu orang lain masih saja menggebu-gebu, aku takut itu hanya hawa nafsu yang seharusnya kutahan setidaknya sampai pulang bekerja. Dengan sekejap hidupku berubah menjadi seorang yang individualis bahkan cenderung egois.
Pada saat itu musim hujan datang tanpa mengetuk pintu. Datang tergesa-gesa sehingga membuat ribuan orang tidak sempat membawa payung saat hendak bepergian. Hanya ada dua pilihan yang harus mereka pilih. Berdiam diri menunggu hujan reda atau bergegas menuju tempat yang dituju dengan pakaian yang basah kuyup. Bagiku, pilihan kedualah yang kupilih.
Setibanya di kantor, puluhan orang penting sedang berkumpul. Seorang rekan kerjaku langsung terbirit-birit menanyakan kabar atasan kami.
“Pak Suminto?” aku balik tanya.
“Iya. Dia sudah ditunggu orang-orang penting itu,” ucap rekanku seraya menggerakan bola mata hitamnya ke kanan. “Bagaimana mungkin dia bisa melupakan hari yang sangat penting ini? Kau tahu di mana dia?”
“Mana kutahu,” aku menjawab santai sambil berjalan ke arah ruanganku. Memang semenjak kejadian minggu lalu, aku sedikit jengkel dengan atasanku. Biar saja dia merasakan terlambat untuk masuk kantor. Aku bahkan tidak ingin menolong atau bahkan mendengar kabarnya saja sudah tidak sudi.
Dua jam berselang. Para karyawan yang sedari tadi sibuk mencari Pak Suminto, kini sudah mulai surut. Semuanya seperti kembali pada kerjaannya masing-masing. Puluhan orang penting sudah tidak sabar untuk menunggu lebih lama lagi. Mereka memutuskan untuk pergi.
Seorang sekertaris masuk ke ruanganku. “Pak Suminto marah besar. Dia ingin bertemu denganmu sekarang,” katanya.
Lho kok malah saya yang dipanggil?” tanyaku terheran-heran. Sebelum pertanyaanku dijawab, Pak Suminto membuka pintu ruanganku dengan kasar.
“Anda saya pecat! Bereskan barang-barang Anda sekarang juga tanpa banyak bicara!” teriakan Pak Suminto langsung menyambar tepat di wajahku. Pakaiannya basah kuyup dan sedikit menerawang sehingga pusar perutnya yang buncit dapat terlihat jelas. Rambutnya yang lepek membelah dua seperti artis dangdut. Secara keseluruhan, aku seperti mendadak kedatangan seorang pelawak yang terlihat bodoh di hadapanku. Jika situasi sedang tidak formal, mungkin saat itu juga aku tertawa. Namun, aku memilih untuk membalas teriakannya.
Lho Bapak yang telat, kenapa saya yang dipecat?”
“Apa saya harus memecat diri saya sendiri? Jelas tidak! Andalah yang menjadi biang kerok dalam peristiwa ini!”
“Sebentar Pak, maksud Bapak apa?”
“Anda tahu? Orang-orang penting itu meninggalkan saya karena saya terlambat. Mereka semua membatalkan kerja samanya dengan perusahaan ini. Dengan adanya peristiwa ini, saya lagi-lagi rugi besar. Tahu?”
“Iya, saya tahu. Tapi apa urusannya dengan saya? Bukankah itu…?”
“Itu karena Anda! Saya terlambat karena harus mengantar ibu saya ke rumah sakit. Di tengah jalan menuju ke kantor, mobil saya mogok dan ban belakang saya kempes. Kebetulan saat itu hujan sangat lebat sekali. Tidak ada yang mau membantu saya setidaknya untuk mengantarkan saya ke kantor. Saat itu saya melihat Anda sedang berteduh di dekat halte bis. Berkali-kali saya panggil bahkan mata Anda sempat menghadap wajah saya. Tapi apa yang Anda lakukan? Anda langsung lari terbirit-birit seakan takut akan sesuatu. Jelas Andalah yang membuat saya menjadi terlambat.”
Itu benar. Tapi pada saat itu aku tidak benar-benar melihat wajahnya. Di dalam perjalanan aku bahkan seperti orang bisu, buta, dan tuli. Tidak ada orang yang aku hiraukan. Mereka semua sama. Mereka hanya menjadi pengganggu agar aku tidak dapat datang ke kantor tepat waktu. Di satu sisi, aku menghilangkan diriku sendiri untuk bekerja professional. Di sisi lain, aku tidak bisa menolak bahwa kebiasaanku itu kerap muncul di saat-saat tertentu. Apa aku sekejam itu? Aku hanya ingin datang tepat waktu tanpa memedulikan orang lain termasuk atasanku sendiri.
“Bukankah itu yang Bapak harapkan dari saya? Bapak ingin agar saya bekerja secara professional tanpa memedulikan orang di sekitar saya, kan? Dan itu sudah saya lakukan. Apakah saya salah?” tanyaku dengan nada yang agak keras.
“Tapi bukan itu maksud saya! Saya ini atasan Anda. Bukan orang asing yang tidak Anda kenal!”
“Saya rasa semuanya sama. Sama seperti dulu sebelum Anda melarang saya untuk tidak lagi membantu orang lain di luar sana. Semua orang saya anggap sama. Semuanya berhak dibantu, baik oleh saya maupun oleh orang disekitarnya.”
“Tapi tidak semua orang harus Anda bantu!”
“Oh iya. Tentu saja. Akhirnya saya lebih memilih untuk tidak akan membantu siapapun termasuk Bapak. Saya pikir saat itu Bapak sedang menguji saya,” ucapku yang langsung segera mungkin membereskan barang-barang di ruangan.
Aku bergegas pergi tanpa tujuanku selanjutnya. Pokoknya hari itu adalah yang terakhir aku berada di tempat yang serba kaku. Aku lebih baik memenuhi keinginanku sendiri. Mungkin benar, bekerja sambilan adalah bakatku. Membantu banyak orang tanpa ada atasan mungkin akan menjadi pekerjaanku sehari-hari. Kebisaanku adalah kelebihanku. Aku tidak ingin lagi menjadi seekor cicak.

Surakarta, 10 Mei 2014

Kamis, 03 Juli 2014

Berita: Belanja Sambil Beramal di Muslim Fair




Nurul Huda Islamic Center (NHIC) UNS menggelar acara Muslim Fair yang mulai dibuka Sabtu (2/7). Acara ini adalah program baru yang diselenggarakan oleh NHIC. Meskipun terbilang acara perdana, namun beberapa produk seperti buku dan pakaian sudah laku terjual. Antusias para pengunjung ternyata lebih besar daripada yang diperkirakan.
“Padahal baru hari pertama, itupun pada hari libur seperti ini,  tetapi sudah banyak produk yang terjual. Kami sangat optimis akan banyak pengunjung yang datang karena banyaknya acara di masjid ini, baik kajian Ramadan, buka bersama, maupun itikaf,” ujar Suwarto, takmir Masjid Nurul Huda UNS. Menurutnya, acara ini diadakan untuk menyemarakan Ramadan, memakmurkan masjid, dan mempermudah para jamaah yang ingin berbelanja.
Muslim Fair merupakan bagian dari serangkaian acara yang diselenggarakan NHIC dengan tema yang bertajuk Ramadan Spesial. Produk yang dijual dalam muslim fair antara lain pakaian muslim, sajadah, buku islam maupun umum, perlengkapan belajar, tas, dan snack. Selama bulan Ramadan, Muslim Fair dibuka dari pukul 08.00 hingga 21.00.
Buku-buku yang dijual di Muslim Fair didiskon hingga 60%, sedangkan produk baju dijual dengan harga yang relatif sangat murah.  Acara ini pun terselenggara berkat kerja sama dengan beberapa penerbit seperti Tiga Serangkai, Indiva, Pro You, Uswah, dan juga Kopma UNS. Para pengisi stan dikenakan biaya yang murah dan sisanya diberi kesempatan untuk memberi infaq secara sukarela. Dengan demikian, acara ini bukan hanya untuk menjual produk semata melainkan memberikan sarana untuk memperbanyak pahala baik bagi penjual maupun pembeli.
“Masjid ini memang merupakan tempat berkumpulnya orang banyak dari segala umur dan jabatan, maka dari itu saya yakin Muslim Fair ini dapat berkembang lebih pesat lagi. InsyaAllah tidak hanya pada bulan Ramadan saja, untuk hari biasa pun kami ingin mengadakan acara semacam ini lagi,” ujar Suwarto lagi.
 Menurut Farhan, salah satu pengunjung dari mahasiswa fakultas kedokteran UNS, acara tersebut perlu ditingkatkan lebih baik lagi. “Dengan cara mengadakan bazar buku seperti itu, penyebaran ilmu baik islam maupun pendidikan dapat dilakukan secara lebih maksimal. Saya berharap agar sosialisasi acara ini dapat lebih menyeluruh agar dapat diketahui banyak orang,” ujarnya ketika dimintai pendapat tentang Muslim Fair. (Mg1/Mg4)

 Radar Solo, 3 Juli 2014

Rabu, 02 Juli 2014

Tausiah: Puasa Kesadaran Beribadah


Narasumber: Siti Muslifah.SS.MHum
Sekretaris jurusan Sastra Arab Universitas Sebelas Maret 


Ramadan adalah bulan mulia yang senantiasa dirindukan dan ditunggu-tunggu kedatangannya oleh seluruh umat muslim di dunia. Sudah selayaknya kita sambut dengan keadaan gembira dan dengan keadaan diri yang suci pula. Baik suci secara fisik , suci secara pikiran, maupun suci dari prasangka-prasangka yang kurang baik. Pada bulan Ramadan, umat muslim diwajibkan berpuasa. Berpuasa sendiri secara fisik adalah menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Menahan haus dan lapar saat Ramadan secara Psikologis harus dimaknai bagai arahan kepada setiap diri utamanya umat muslim untuk mematangkan jiwa dalam pengendalian diri. Pengendalian diri dari sisi psikis atau kejiwaan sangatlah penting artinya hal ini akan menghasilkan pematangan jiwa yang berupa kesadaran. Kesadaran untuk beragama, kesadaran untuk melaksanakan perintah-perintah Allah, kesadaran untuk menghindari larangan yang ditentukan oleh kententuan agama kita utamanya adalah agama Islam.
Sesorang yang mampu mengendalikan diri maka seorang itu disebut ulil albab, ulil albab dalam bahasa Arab berarti inti dari segala sesuatu. Kita bisa memaknai bahwa setiap sesuatu itu pastilah memiliki inti atau sari. Inti itu menjadi sangat penting karena pada setiap hal itu harus dicari sumbernya. Inti harus bersifat permanen atau tidak mudah berubah meskipun ada pengaruh-pengaruh situasi apapun. Jelang beribadah puasa sudah seharusnya setiap diri bisa mengenalli diri dan menangkap-menangkap inti dalam dirinya. Jadi ulil albab artinya setiap umat muslim harus memiliki kesadaran beribadah dan kesadaran apapun. Dengan demikian diharapkan mampu mendapatkan inti dan mampu memaknai puasa dalam arti sebenar-benanrnya.
Pada masalah kesadaran diri ini Allah berfirman Allah memberikan pertanyaan-pertanyaan semacam pertanyaan yang  jika kita simak menjadi sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada diri kita “Wahai manusia, apa yang memperdayakanmu sehingga (berlaku durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pengasih?”(QS 82: 6). Maha Allah, mengasihi siapa saja, apa saja dan seluruh makhluk tanpa terkecuali. Allah juga berfirman, “Apakah manusia mengira dia akan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggungjawaban?” (QS 29: 2). Artinya setiap apa yang kita kerjakan apapun itu akan dimintai pertanggungjawaban, kaitannya dengan bulan Ramadan adalah setiap ibadah, amalan, dan perbuatan  yang kita jalankan, ada perhitungannya dan pertangungjawabnya. Kita bisa mengerti inti jika kita mengenali pada diri dengan penuh kesadaran bahwa apa yang kita lakukan itu nanti pada akhirnya diminta pertangungjawaban maka tidak mungkin kita tidak melakakukan hal-hal yang sifatnya baik, suci, menyesuaikan dengan apa yang ditentukan oleh Allah SWT.
Allah tidah pernah meminta apapun kepada kita. Allah berfirman, “Seungguhnya aku ciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepadaku”(QS 51: 56). Inti dari penciptaan semua mahkluk adalah untuk beribadah. Jika kita sudah memliki kesadaran maka kita yakin bulan Ramadan akan dijalani dengan penuh kegembiraan dan kesadaran. Itu artinya bahwa ibadah puasa sebetulnya untuk diri manusia sendiri. Dengan berpuasa pencernaan kita istirahat sejenak dan itu hanya siang hari saja selama 10 jam maka Allah berfirman “makanlah kamu minumlah kamu dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS 7: 31). Karena itu jangan balas dendam, setelah puasanya makannya habis-habisan. Berpuasa harus dilakukan sebagi inti dari kesadaran. Penting dalam beribadah puasa adalah menyucikan diri, menyucikan hati dengan sepenuh kesadaran agar puasa dijalankan sebagai sebuah ibadah yang dijalankan secara tulus ikhlas. (Mg5/Mg6)                 

Radar Solo, 2 Juli 2014

Berita: Ramadan Spesial dari Nurul Huda Islamic Center




Bulan Ramadan merupakan bulan yang tepat untuk berlomba-lomba mendapatkan pahala dari Allah SWT. Banyak kegiatan dan acara untuk mengisi bulan ramadan ini yang diselenggarakan oleh beberapa lembaga. Salah satunya Nurul Huda Islamic Center Universitas Sebelas Maret (UNS) akan menyemarakan bulan Ramadan dengan kegiatan pasantren Ramadhan, Sabtu (5/7) hingga 6 Juli mendatang.
Pasantren Ramadan akan dilaksanakan di Masjid Nurul Huda UNS. Kegiatan selama dua hari itu diadakan dalam rangka menghidupkan ibadah di bulan Ramadan serta sarana pembinaan adik asuh. Peserta yang akan mengikuti kegiatan tersebut berasal dari siswa SMP sampai SMA.
“Seluruh acara di UNS ini bertujuan untuk menyemarakan bulan Ramadan dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat,” ujar Suharto selaku Takmir Masjid Nurul Huda Universitas Sebelas Maret.
Selama bulan Ramadan terdapat pula kajian rutin menjelang buka puasa yang akan dibahas oleh beberapa pembicara dengan tema yang berhubungan dengan Ramadan. Setelah kajian rutin disajikan pula makanan untuk buka bersama di Masjid Nurul Huda UNS. Biasanya kegiatan buka bersama tersebut diramaikan oleh para pedagang kaki lima yang sengaja disediakan tempat di depan Masjid Nurul Huda.
Kegiatan lain yang juga diadakan secara rutin adalah tarawih dan kultum kampus.  Selain itu, ada pula muslim fair yang menyajikan beragam produk-produk muslim yang baru akan dibuka besok.
Pada hari Minggu (13/7) akan diselenggarakan buka bersama dengan 1000 anak yatim dan dhuafa. Acara tersebut dimeriahkan pula dengan pentas dari adik-adik TPA,  dongeng dari komunitas pendongeng Surakarta dan juga ada penyerahan bingkisan bagi anak yatim yang berprestasi. Acara ini sebagai sarana berbagi kebahagiaan kepada sesama.
Kegiatan itikaf pada sepuluh hari terakhir menjelang lebaran juga akan diselenggarakan di Masjid Nurul Huda UNS. “Karena itikaf itu harus menginap di masjid, maka dari itu kami memfasilitasi makan sahur gratis pada saat itikaf tersebut,” ujar Suwarto. (Mg1/Mg4)

Radar Solo, 2 Juli 2014

Selasa, 01 Juli 2014

Berita: Semangat Santri Al-Muayyad dalam Bermain Hadrah




Detuman rebana ditabuh beberapa kali oleh peserta pasantren kilat dipandu oleh salah satu pemain Hadrah Ayyada di pondok pasantren Al-Muayyad, Senin 30 Juni 2014. Kegiatan ekstra tersebut mulai pada pukul 16.00. 
Hadrah Ayyada adalah sebuah ekstrakulikuler yang berada di Pondok Pasantren Al-Muayyad, Mangkuyudan, Surakarta. Berdiri sejak tahun 1990-an bersamaan dengan berdirinya Ponpres Al-Muayyad. Nama Ayyada sendiri mempunyai arti yang dikuatkan. Rata-rata pemain musik yang mengikuti kegiatan hadrah ini adalah siswa SMP dan SMA. Biasanya para pemain latihan seminggu sekali.
Jenis pukulan yang dimainkan antara lain roleo, biasa, engkel, pedro, patrik, dan patrik tiga kali. Cara bermain musiknya biasanya dilakukan dengan tempo lambat dan semakin lama semakin cepat. Alat musik yang dipakai oleh hadrah yang dipimpin oleh Muslimin ini adalah rebana.
“Karena Hadrah Ayyada ini sudah menjadi juara 1 sebanyak tiga kali se-Surakarta, makanya tidak diperbolehkan lagi untuk mengikuti acara lomba. Kami lebih memilih untuk pengiring acara lomba tersebut,” ujar Munir salah satu pemain hadrah.
Tujuan utama para pemain Hadrah hanya untuk menyebarkan agama dengan cara berdakwah sambil bermain musik. Selain itu, mereka ingin menunjukan eksistensi mereka di dunia musik. “Kami tidak ingin disebut sebagai pondok yang hanya bisa mengaji, tapi kami mampu menunjukan kemampuan kami di dunia musik,” ujar Munir lagi.
Sejauh ini hadrah Ayyada telah tampil diberbagai acara-acara besar baik di kota Solo maupun di luar kota. Kota yang paling jauh dikunjungi adalah Pemalang. Setiap kali latihan, mereka selalu mengubah variasi pukulan agar lebih menarik dan berbeda dari biasanya. Resep utama yang menjadikan mereka berhasil meraih beberapa kali juara adalah keunikan pukulan mereka yang khas. Mereka menyebutnya rumus tabuhan Al-Muayyad. Tabuhan tersebut terbilaang unik dan tidak ada yang bisa melakukannya selain hadrah Ponpres Al-Muayyad.
Menurut Aziz, salah satu peserta yang mengikuti kegiatan ekstra mengaku senang dapat bermain rebana bersama para pemain Hadrah Ayyada. Dia merasa mendapat pengalaman baru di Ponpres Al-Muayyad.  
Para pemain hadrah sendiri mempunyai keinginan yang besar untuk terkenal di Indonesia. Dengan harapan dan impian semacam itu, mereka terus berlatih untuk meningkaatkan kemampuan mereka. Kemenangan tidak menjadikan mereka bermalas-malasan, tetapi menambah semangat untuk terus menjadi panutan bagi yang lain. Adapula ekstrakulikuler lain berupa kaligrafi, qira’ah, dan pelatihan jurnalis. (Mg1/Mg4)

Radar Solo, 1 Juli 2014

Berita: Manasik Haji di Pondok Pasantren Jamsaren


Sekitar 180 peserta pasantren kilat terlihat sangat antusias melaksanakan kegiatan manasik haji di lapangan Pondok Pasantren Jamsaren, Sabtu 28 Juni 2014. Peserta diajak untuk melakukan simulasi ibadah haji dari mulai dari Bandara Soekarno-Hatta sampai menuju Mekah. Meskipun hujan deras sempat menghentikan kegiatan manasik haji tersebut, peserta tetap bersemangat untuk meneruskan materi di dalam aula pondok. Kegiatan yang keempat belas kalinya tersebut bertujuan membangun generasi muslim yang aktif, kreatif, dan inovatif di semua aspek kehidupan.
Manasik haji ini adalah salah satu bagian dari pasantren kilat yang sudah berlangsung dari hari Kamis, 25 Juni 2014. Sebelumnya, pendaftaran sudah dibuka dari tanggal 15 Mei – 25 Juni 2014. Kemudian, peserta harus tinggal di pondok selama lima hari hingga penutupan acara yang berlangsung pada hari Senin, 30 Juni 2014.
Acara ini dibuka untuk umum dengan kategori peserta dari kelas 3 SD sampai 2 SMP. “Kebanyakan siswa yang mengikuti acara ini adalah siswa dari SD Al Islam Jamsaren 2. Selain itu ada pula peserta dari SD negeri yang ikut acara ini,” ujar Faisal Abdahulmajid, ketua panitia acara pasantren kilat. Dia juga menuturkan bahwa dalam kegiatan ini, siswa diajarkan untuk melaksanakan tata cara ibadah yang benar dan mendalami ilmu agama meskipun hanya dalam waktu yang singkat.
“Acara ini sangat bermanfaat baik untuk panita maupun peserta. Panitia diajarkan untuk melatih dan mendidik jiwa kepemimpinan anak, sedangkan bagi peserta mendapatkan bekal dalam ilmu agama terutama akhlak,” terang Fatoni, wakil lurah Pondok Pasantren Jamsaren. Panitianya sendiri berasal dari Pondok Pasantren Jamsaren yang bekerja sama dengan Osis MA Al-Islam dengan jumlah 80 orang.
Selain kegiatan manasik haji, terdapat pula kegiatan lain seperti outbond di hutan karet Karanganyar, menonton video islami, ta’aruf Ramadan, lomba kerohanian, dan motivasi emotional spiritual quotient (ESQ) guna membentuk karakter peserta. Lalu, pada 19 Ramadan nanti akan dilangsungkan tabligh akbar dan buka bersama. (Mg1/Mg4)

Radar Solo, 1 Juli 2014
   

Tausiah: Ramadan Sebagai Sarana Membersihkan Hati




Narasumber: Sukarmin, S.P.d., M.Si., Ph.D.
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan (PMIPA)
Universitas Sebelas Maret dan ketua dewan pengawas Yayasan Nurhidayah Surakarta


Rasulullah dan para sahabatnya sangat antusias bila bulan Ramadan telah tiba. Biasanya pada bulan Sya’ban, Rasulullah memperbanyak puasa dan aktivitas ibadah untuk mempersiapkan diri menuju bulan Ramadan. “Puasa itu diibaratkan sebuah oase yang jernih di padang pasir. Seseorang yang sedang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan yang dekil dan kotor pasti akan merindukan air di tengah gersangnya padang pasir. Orang tersebut pasti akan langsung menceburkan diri ke dalam oase dan membawa sedikit air untuk perjalanan selanjutnya. Sama halnya dengan oase yang dirindukan oleh musafir, Ramadan pun sangat dirindukan oleh umat Islam,” ujar Sukarmin, ketua jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sebelas Maret.
Segala kebaikan pada umumnya dapat mempengaruhi hati dan pikiran manusia. Salah satu kebaikan yang wajib dilakukan oleh umat Islam adalah puasa pada bulan Ramadan. Maka dari itu, puasa mempunyai manfaat untuk membersihkan hati. Seperti yang dikatakan oleh Rasulullah, “Ketahuilah bahwasanya pada setiap tubuh ada segumpal daging. Jika daging itu baik, akan baiklah seluruh anggota tubuhnya. Namun apabila dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah bahwasanya segumpal daging itu adalah qalbu,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Sukarmin menyatakan bahwa menurut Imam Malik, hati itu seperti benda yang mempunyai inti di dalamnya. Inti hati disebut juga dengan dhamir. Dhamir mempunyai sifat furqan yaitu pembeda yang mempunyai fungsi untuk membedakan benar dan salah. Jika dhamir tertutupi oleh noda hitam, maka dhamir itu tidak akan bisa berfungsi dengan baik. Dengan demikian, dhamir harus selalu dibersihkan salah satunya dengan puasa pada bulan Ramadan.
Hubungan antara takwa dengan pembersihan hati terletak pada tujuan berpuasa. Tujuan puasa adalah untuk bertakwa pada Allah SWT, sedangkan jalan takwa adalah jalan orang-orang yang senantiasa menyucikan hatinya. Oleh karena itu puasa dapat berfungsi sebagai sarana pembersihan hati. Sebagaimana firman Allah SWT, “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya,” (QS 91:9-10).
Pada bulan Ramadan, umat Islam memiliki kesempatan yang besar untuk memaksimalkan obat hati dalam rangka membersihkan rohani. Pertama, umat Islam dianjurkan untuk membaca Alquran dan maknanya. Selain menjadi pedoman hidup, Alquran juga sebagai sarana untuk menghaluskan hati. Rasulullah pernah memerintahkan, “Perbanyaklah membaca Alquran di rumah, sesungguhnya di dalam rumah yang tidak ada orang membaca Alquran, akan sedikit sekali dijumpai kebaikan di rumah itu, dan akan banyak sekali kejahatan, serta penghuninya selalu merasa sempit dan susah,” (HR Daru Quthni).
Sukarmin juga menuturkan bahwa rumah yang sering dilantunkan suara Alquran akan terlihat bercahaya dari atas langit. “Selain itu, dengan membaca Alquran maka dapat melapangkan hati. Oleh karena itu, orang yang sering membaca Alquran akan terhindar dari perselisihan atau pertengkaran,” tambahnya.
Kedua, umat Islam dianjurkan untuk salat malam atau salat tarawih khususnya pada bulan Ramadan. Fungsi orang yang mengutamakan salat itu agar terhindar dari sifat berkeluh kesah dan gelisah. Seperti firman Allah SWT, “Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan, (harta) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan salat,” (QS 70: 19-22).
Ketiga, umat Islam tentu saja diwajibkan untuk berpuasa pada bulan Ramadan. Keempat, umat Islam dianjurkan untuk berkumpul dengan orang-orang saleh. “Lingkungan sangat penting terhadap kepribadian seseorang karena dengan mengetahui bagaimana keadaan komunitas seseorang maka kita akan dapat mengetahui kepribadian orang tertentu,” ujar dosen yang juga menjabat sebagai ketua dewan pengawas Yayasan Nurhidayah Surakarta tersebut. Kelima, umat Islam juga dianjurkan untuk bersedekah pada bulan Ramadan. Dengan demikian, bulan Ramadan sebagai kesempatan untuk menambah pahala sebanyak-banyaknya. (Mg3/Mg4)

Radar Solo, 1 Juli 2014