Selasa, 01 Juli 2014

Tausiah: Ramadan Sebagai Sarana Membersihkan Hati




Narasumber: Sukarmin, S.P.d., M.Si., Ph.D.
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan (PMIPA)
Universitas Sebelas Maret dan ketua dewan pengawas Yayasan Nurhidayah Surakarta


Rasulullah dan para sahabatnya sangat antusias bila bulan Ramadan telah tiba. Biasanya pada bulan Sya’ban, Rasulullah memperbanyak puasa dan aktivitas ibadah untuk mempersiapkan diri menuju bulan Ramadan. “Puasa itu diibaratkan sebuah oase yang jernih di padang pasir. Seseorang yang sedang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan yang dekil dan kotor pasti akan merindukan air di tengah gersangnya padang pasir. Orang tersebut pasti akan langsung menceburkan diri ke dalam oase dan membawa sedikit air untuk perjalanan selanjutnya. Sama halnya dengan oase yang dirindukan oleh musafir, Ramadan pun sangat dirindukan oleh umat Islam,” ujar Sukarmin, ketua jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sebelas Maret.
Segala kebaikan pada umumnya dapat mempengaruhi hati dan pikiran manusia. Salah satu kebaikan yang wajib dilakukan oleh umat Islam adalah puasa pada bulan Ramadan. Maka dari itu, puasa mempunyai manfaat untuk membersihkan hati. Seperti yang dikatakan oleh Rasulullah, “Ketahuilah bahwasanya pada setiap tubuh ada segumpal daging. Jika daging itu baik, akan baiklah seluruh anggota tubuhnya. Namun apabila dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah bahwasanya segumpal daging itu adalah qalbu,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Sukarmin menyatakan bahwa menurut Imam Malik, hati itu seperti benda yang mempunyai inti di dalamnya. Inti hati disebut juga dengan dhamir. Dhamir mempunyai sifat furqan yaitu pembeda yang mempunyai fungsi untuk membedakan benar dan salah. Jika dhamir tertutupi oleh noda hitam, maka dhamir itu tidak akan bisa berfungsi dengan baik. Dengan demikian, dhamir harus selalu dibersihkan salah satunya dengan puasa pada bulan Ramadan.
Hubungan antara takwa dengan pembersihan hati terletak pada tujuan berpuasa. Tujuan puasa adalah untuk bertakwa pada Allah SWT, sedangkan jalan takwa adalah jalan orang-orang yang senantiasa menyucikan hatinya. Oleh karena itu puasa dapat berfungsi sebagai sarana pembersihan hati. Sebagaimana firman Allah SWT, “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya,” (QS 91:9-10).
Pada bulan Ramadan, umat Islam memiliki kesempatan yang besar untuk memaksimalkan obat hati dalam rangka membersihkan rohani. Pertama, umat Islam dianjurkan untuk membaca Alquran dan maknanya. Selain menjadi pedoman hidup, Alquran juga sebagai sarana untuk menghaluskan hati. Rasulullah pernah memerintahkan, “Perbanyaklah membaca Alquran di rumah, sesungguhnya di dalam rumah yang tidak ada orang membaca Alquran, akan sedikit sekali dijumpai kebaikan di rumah itu, dan akan banyak sekali kejahatan, serta penghuninya selalu merasa sempit dan susah,” (HR Daru Quthni).
Sukarmin juga menuturkan bahwa rumah yang sering dilantunkan suara Alquran akan terlihat bercahaya dari atas langit. “Selain itu, dengan membaca Alquran maka dapat melapangkan hati. Oleh karena itu, orang yang sering membaca Alquran akan terhindar dari perselisihan atau pertengkaran,” tambahnya.
Kedua, umat Islam dianjurkan untuk salat malam atau salat tarawih khususnya pada bulan Ramadan. Fungsi orang yang mengutamakan salat itu agar terhindar dari sifat berkeluh kesah dan gelisah. Seperti firman Allah SWT, “Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan, (harta) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan salat,” (QS 70: 19-22).
Ketiga, umat Islam tentu saja diwajibkan untuk berpuasa pada bulan Ramadan. Keempat, umat Islam dianjurkan untuk berkumpul dengan orang-orang saleh. “Lingkungan sangat penting terhadap kepribadian seseorang karena dengan mengetahui bagaimana keadaan komunitas seseorang maka kita akan dapat mengetahui kepribadian orang tertentu,” ujar dosen yang juga menjabat sebagai ketua dewan pengawas Yayasan Nurhidayah Surakarta tersebut. Kelima, umat Islam juga dianjurkan untuk bersedekah pada bulan Ramadan. Dengan demikian, bulan Ramadan sebagai kesempatan untuk menambah pahala sebanyak-banyaknya. (Mg3/Mg4)

Radar Solo, 1 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar