Detuman rebana ditabuh
beberapa kali oleh peserta pasantren kilat dipandu oleh salah satu pemain
Hadrah Ayyada di pondok pasantren Al-Muayyad, Senin 30 Juni 2014. Kegiatan
ekstra tersebut mulai pada pukul 16.00.
Hadrah Ayyada adalah
sebuah ekstrakulikuler yang berada di Pondok Pasantren Al-Muayyad, Mangkuyudan,
Surakarta. Berdiri sejak tahun 1990-an bersamaan dengan berdirinya Ponpres
Al-Muayyad. Nama Ayyada sendiri mempunyai arti yang dikuatkan. Rata-rata pemain
musik yang mengikuti kegiatan hadrah ini adalah siswa SMP dan SMA. Biasanya
para pemain latihan seminggu sekali.
Jenis pukulan yang
dimainkan antara lain roleo, biasa, engkel, pedro, patrik, dan patrik tiga
kali. Cara bermain musiknya biasanya dilakukan dengan tempo lambat dan semakin
lama semakin cepat. Alat musik yang dipakai oleh hadrah yang dipimpin oleh
Muslimin ini adalah rebana.
“Karena Hadrah Ayyada
ini sudah menjadi juara 1 sebanyak tiga kali se-Surakarta, makanya tidak
diperbolehkan lagi untuk mengikuti acara lomba. Kami lebih memilih untuk
pengiring acara lomba tersebut,” ujar Munir salah satu pemain hadrah.
Tujuan utama para
pemain Hadrah hanya untuk menyebarkan agama dengan cara berdakwah sambil
bermain musik. Selain itu, mereka ingin menunjukan eksistensi mereka di dunia
musik. “Kami tidak ingin disebut sebagai pondok yang hanya bisa mengaji, tapi
kami mampu menunjukan kemampuan kami di dunia musik,” ujar Munir lagi.
Sejauh ini hadrah
Ayyada telah tampil diberbagai acara-acara besar baik di kota Solo maupun di
luar kota. Kota yang paling jauh dikunjungi adalah Pemalang. Setiap kali
latihan, mereka selalu mengubah variasi pukulan agar lebih menarik dan berbeda
dari biasanya. Resep utama yang menjadikan mereka berhasil meraih beberapa kali
juara adalah keunikan pukulan mereka yang khas. Mereka menyebutnya rumus
tabuhan Al-Muayyad. Tabuhan tersebut terbilaang unik dan tidak ada yang bisa
melakukannya selain hadrah Ponpres Al-Muayyad.
Menurut Aziz, salah
satu peserta yang mengikuti kegiatan ekstra mengaku senang dapat bermain rebana
bersama para pemain Hadrah Ayyada. Dia merasa mendapat pengalaman baru di
Ponpres Al-Muayyad.
Para pemain hadrah
sendiri mempunyai keinginan yang besar untuk terkenal di Indonesia. Dengan
harapan dan impian semacam itu, mereka terus berlatih untuk meningkaatkan kemampuan
mereka. Kemenangan tidak menjadikan mereka bermalas-malasan, tetapi menambah
semangat untuk terus menjadi panutan bagi yang lain. Adapula ekstrakulikuler lain berupa kaligrafi, qira’ah, dan
pelatihan jurnalis. (Mg1/Mg4)
Radar Solo, 1 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar