Oleh:
Michelia Alba
Atas nama daratan yang merakyat
dan
lautan yang berawan
aku di atas bumi katulistiwa
terbentang ribuan nafas dalam sekali tenggak
Betapa megah tanah itu bertengger di samudra
Oh, surga dari segala zaman
Sejuk ini menerpa batinku, menerkam jiwaku
Dengar wanginya!
Menggiurkan bibir-bibir ramah disepanjang jelamprang
biru sangkala pagi melambai
Aaaah….. ini surga?
Elok parasnya, seketika melur berguguran
Segara hijau mewarnai rabun senja milik pertiwi raya
Tentang aku tak ingin mati
dari bumi selama beliau bernafas
Lihat juga suaranya!
atas nama sejarah dan waktu
sampai tegak beliau berlenggok di tengah keramaian
Katakan wahai zamrud yang ranum!
Ini surga?
suaranya sepoi-sepoi sekilas seperti semerbak seribumi
taram berujung malam
tak hilang sinarnya dari pekat
Rupanya terdapat lentera pelangi di dasar kolam,
teratai menari di dalam pelita,
jeladri berbisik di tengah danau,
sanubari yang mekar di pelupuk mata,
merpati mendesir di atas kerajaan
Maka atas nama sepasang bulan purnama
yang bergerak pagi dan sore hari
Sungguh berada… tanahku ini
Tak habis jiwanya diterpa serampang
Layaknya Batara yang turun dari Sanghiang
tercipta sebagai langit daripada bumi
sebagai mega daripada hujan
Ini surga?
Marilah tiba di sini!
Dimana hutan firdaus terlentang lagi sembahyang
Dimana pucuk samudra Hindia bertahta
Tanah lagi maha berair
Sungguh tercipta bagi desir awan yang menyeruak
Marilah tiba di sini bersama hamba!
Tiada nista lagi dusta
Marilah berpesta beserta Sumatra!
Marilah tiba di sini bersama hamba!
di tanah lagi maha berair
27 November 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar